Situasi perekonomian global yang tak baik-baik saja dinilai cukup mengkhawatirkan dunia usaha, termasuk para pemilik kapal yang tergabung dalam Indonesia National Shipowner’s Association (INSA).
Karena itu, Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menyampaikan, kalau saat ini gejolak situasi global seperti penerapan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat, serta fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika telah memberikan tantangan bagi pelayaran nasional.
“Krisis global belum ada gejala pulih, sementara fluktuasi nilai tukar Rupiah juga berpotensi akan menambah beban biaya perawatan kapal karena komponen kapal lebih banyak impor. Di sisi lain beban utang usaha pelaku dalam mata uang asing juga akan lebih besar,” kata Carmelita dalam Media Gathering Road to The 1st Indonesia Maritime Week (IMW) di Jakarta, Jumat (2/5).
Ketua umum INSA menekankan pentingnya asas cabotage demi menjaga kedaulatan negara dan meningkatkan daya saing pelayaran nasional di tengah situasi krisis global saat ini.
“Kita ingin menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemain strategis dalam kancah maritim global yang berdaya saing, sekaligus menjawab tantangan di sektor pelayaran nasional. Karena itu melalui ajang IMW sekali menunjukkan eksistensi kita di mata internasional,” ujarnya.
Menurut Carmelita, IMW 2025 merupakan konferensi maritim terbesar dan paling bergengsi di Indonesia, yang menyediakan platform strategis menunjukkan dan memajukan industri maritim nasional di panggung global. “Konferensi ini merupakan inisiatif Kementerian Perhubungan yang mengikutsertakan PT Pertamina International Shipping (PIS), PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan INSA dalam penyelenggaraannya,” ungkapnya.
IMW 2025 yang digelar di Jakarta pada 26-28 Mei mendatang akan mempertemukan para pemimpin industri maritim terkemuka, tokoh bisnis berpengaruh, para pemilik barang, pembuat kebijakan, dan inovator level regional dan global.
Carmelita juga mengatakan, bahwa pelayaran nasional saat ini telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena telah mampu melayani seluruh angkutan di seluruh pulau Indonesia.
Kata Carmelita, iklim usaha pada industri pelayaran nasional juga relatif tetap kondusif, meski terjadi gejolak geopolitik global.
“Tapi di tengah tantangan yang ada, patut disyukuri iklim usaha pelayaran nasional di domestik masih kondusif sejauh ini. Kondisi ini tentu perlu terus dijaga, salah satunya dengan tetap konsisten mempertahankan asas cabotage yang mana ini berarti juga menjaga kedaulatan negara,” katanya sembari mengungkapkan akan pentingnya asas cabotage.
Dia meminta seluruh lembaga dan kementerian Indonesia agar terus menjaga dan memperkuat asas cabotage sebagai bagian dari upaya menjaga kedaulatan negara.
“Menyadari pentingnya asas cabotage, beberapa negara maju seperti Amerika dan Jepang juga konsisten menerapkan asas cabotage untuk menjaga kedaulatan negara mereka. Makanya kita juga harus konsisten,” tegas Carmelita.
Carmelita pun menuturkan bahwa dalam acara ini, akan mengundang pula para banker tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri.
Dirjen Perhubungan Laut Antoni Arif Priadi mengatakan bahwa di negara-negara ASEAN sudah punya platform kerjasama. Di dalamnya ada grup maritim yang tergabung dalam MTWG. “Semua negara Asean tergabung disana,” ujarnya
Tantangannya bahwa di negara Asean itu memiliki produk yang hampir sama. “Jadi kalau mau ekspor impor itu tidak memungkinkan, misalnya Malaysia ekspor CPO, Indonesia juga ekspor CPO, kan nggak mungkin kita beli CPO dari Malaysia,” katanya.. “Semua negara Asean tergabung disana,” ujarnya.
Untuk diketahui bahwa IMW 2025 akan digelar di Jakarta pada tanggal 26-28 Mei mendatang. (***)