GINSI berharap pemerintah Indonesia segera meratifikasi Trade facilitation Agreement (TFA) antara anggota World Trade Organization/WTO (organisasi perdagangan dunia), menyusul 2/3 anggota WTO dari 163 yang sudah meratifikasi.
“Indonesia sampai sekarang belum meratifikasi TFA, makanya kami minta pemerintah segera melakukan hal itu. Dengan adanya TFA, Indonesia bisa dengan leluasa mengekspor secara langsung ke berbagai negara anggota WTO. Sebab negara-negara berkembang kerap mendapat kesulitan dalam mengekspor ke negara tertentu, seperti negara-negara di kawasan Amerika Latin,” kata Sekjen Ginsi Ahmad Ridwan Tentawi kepada Ocean Week, di Jakarta.
Ditanya prediksi importasi ke Indonesia tahun 2017, Dirut PT Transporindo ini optimis tahun depan akan membaik. “Kalau istilah World Bank perekonomian Indonesia tertekan mereda,” ucapnya lagi. Karena itu, Ridwan mengaku tak ada masalah dengan importasi di tahun depan.
Data dari Badan Pusat Statistik mencatat ekspor Januari-September 2016 mencapai US$ 104,36, Migas US$ 9,70, dan non migas tercatat US$ 94,66. Sementara impor pada periode ini mencapai US$ 98,69, migas US$ 13,74, dan non migas US$ 84,95.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengungkapkan, pemerintah berharap ratifikasi tentang trade facilitation agreement (TFA) antara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) bisa segera diratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Indonesia harus segera menentukan sikap sepakatnya terhadap perjanjian TFA WTO lewat menandatanganii ratifikasi tersebut. “Ratifikasi masih dalam proses dan kami sangat berharap bisa masuk prolegnas (program legislasi nasional) DPR,” katanya. TFA WTO, menurut dia, juga sudah sejalan dengan kepentingan Indonesia yang ingin mempercepat ekspor dan impor dengan seluruh negara anggota WTO. (**)
|