Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi mengatakan bahwa PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) diestimasi bakal memiliki kas internal hingga Rp 1 triliun pada 2024.
“Dana fantastis tersebut siap dibelanjakan untuk mendukung ekspansi dan operasional perseroan,” katanya dalam sebuah kesempatan di Jakarta.
Menurut Sugeng bahwa IPCC merupakan perusahaan dengan posisi kas yang melimpah atau crazy rich. Pasalnya, perseroan tidak memiliki beban noncash yang tinggi, seperti depresiasi dan PSAK 73 sehingga Ebitda perseroan tinggi.
“Jadi, seperti di tahun 2022, laba IPCC sebesar Rp 162 miliar. Itu Ebitdanya hampir Rp 300 miliar lebih, sehingga pada saat melakukan pendanaan dalam konteks investasi untuk membayar dividen, capital expenditure (capex), dan membayar biaya perseroan masih cukup,” ungkapnya.
Selain itu, perseroan juga tidak memiliki pinjaman dalam bentuk bunga. Dengan demikian, pinjaman perseroan hanya berupa sewa lahan dan liabilitas yang pada saat sewa 10 tahun ke depan baru dikategorikan sebagai pinjaman.
Faktor lain, ucapnya, perseroan juga lebih banyak menggunakan skenario kerja sama, sehingga capex yang dikeluarkan dari tahun ke tahun relatif tidak begitu besar.
Misalnya, skenario kerja sama perseroan dengan beberapa pihak di berbagai tempat seperti Belawan. Lalu di Makassar, di mana kepemilikannya dikuasai Pelindo dan IPCC bertindak selaku operator.
Termasuk kemitraan perseroan dengan perusahaan asal Korea di PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN).
Berkat strategi tersebut, kata Sugeng, IPCC sanggup mengandalkan kas internal untuk mendanai ekspansi bisnis dan operasional perusahaan ke depan. Mengingat, kas internal perseroan hingga kuartal III-2023 juga sudah mencapai Rp 600 miliar.
“Saya prediksi akhir tahun itu bisa sampai Rp 800 miliar. Dan mungkin akhir tahun 2024, kalau tidak ada suatu merger atau akuisisi yang terealisasi, kas internal bisa sampai Rp 1 triliun,” jelasnya.
Untuk sementara ini, kas internal akan menjadi tulang punggung perseroan dalam hal optimalisasi. Walau begitu, ujar Sugeng, perseroan tidak menutup kemungkinan memanfaatkan instrumen keuangan lain seperti pinjaman bank bilamana memerlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anorganik
“Jadi, kami tetap bisa menggunakan instrumen-instrumen keuangan, misalkan bank loan ataupun yang lain,” katanya.
Seperti diketahui bahwa IPCC merupakan cucu PT Pelindo yang saat ini berada dibawah Subholding SPMT. (**)