Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meyakinkan kepada semua pihak jika Pelabuhan Tanjung Priok harus menjadi pusat atau hub kegiatan ekspor dan impor di Indonesia. Sebab, sekarang kapal harus melewati Singapura (transshipment) untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor.
“ Padahal, jika melewati Pelabuhan Tanjung Priok, biaya kegiatan ekspor dan impor bisa lebih murah dibandingkan ke Singapura terlebih dahulu. Kenapa kapal harus ke Singapura? Kenapa tidak dari Jakarta saja? Kan itu bisa hemat Rp 1,5 juta per boks kontainer,” ungkap Luhut menjawab pertanyaan pers di NPCT1 usai keliling melihat pelabuhan Tanjung Priok, Senin (23/1).
Oleh karena itu, Luhut Panjaitan meminta kepada pemangku kepentingan terkait untuk dapat mendukung rencana Pelindo II menjadi Tanjung Priok hub kegiatan ekspor dan impor. “Untuk ini kita akan bicarakan dengan Pelindo I-IV untuk membahas ini,” ungkapnya. Cuma, Menko Maritim Luhut Panjaitan tidak menceritakan lebih rinci kenapa bisa lebih murah.
Luhut yang ditemani Deputi III Kementerian Koordinator Kemaritiman bidang Infrastruktur Ridwan Jamaludin, dan Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (Pelindo II), Elvyn G Masassya, juga mengapresiasi positif terhadap kemajuan operasional pelabuhan Priok.
Pada kunjungan kali ini, Luhut menyempatkan mampir ke terminal penumpang, TPFT Graha Segara, dan NPCT1.
Terkait dengan dwell time di Pelabuhan Tanjung Priok, Luhut menyatakan saat ini rata-rata di bawah tiga hari. “Kita harapkan dwell time bisa ditekan sampai 2,5 hari. Saat ini dwell time itu 2,77 hari. Targetnya Pelindo II itu 2,5 hari,” ucapnya.
Menko Maritim pun menceritakan bagaimana keberhasilan program tol laut yang dikatakannya sudah mampu menjadikan persamaan harga antara pulau Jawa dan wilayah-wilayah Indonesia lainnya.
Sementara itu INSA Jaya mempertanyakan mengenai efisiensi biaya yang menurut Luhut dengan menggunakan Tanjung Priok dapat lebih murah Rp 1,5 juta, itu dasar hitungannya darimana.
“Dasar hitungannya darimana jika ekspor melalui Tanjung Priok dibandingkan dengan kalau mengirim langsung dari pelabuhan di luar Priok bisa lebih murah sampai Rp 1,5 juta. Padahal waktu pengiriman barang akan bertambah, belum lagi terkena double handling. Makanya kami bingung kalau transshipment dulu ke Priok bisa lebih murah,” ungkap Ketua DPC INSA Jaya Capt. Alimudin didampingi salah satu Wakil Ketua Bambang Sumaryono kepada Ocean Week. (***)