Peradaban digital yang saat ini menjadi warna ekonomi internasional telah mempercepat interaksi digital dalam berbagai sektor industry.
Komunikasi dan interaksi tidak lagi terbatas pada lingkaran yang homogen, melainkan bergerak heterogen dan menciptakan ecosystem baru. Konektivitas digital menjadi salah satu faktor kesuksesan dalam beradaptasi di era industry 4.0.
AsiaTenggara merupakan kawasan ekonomi digital dengan tingkat pertumbuhan yang menarik. Perubahan prilaku ekonomi masyarakat dalam kawasan ASEAN ke arah ekonomi digital, berdampak pada sektor logistik yang menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
“ASEAN memerlukan ecosystem logistik untuk menfasilitasi arus informasi logistik dalam kawasan regional. Keberadaan ecosystem logistik ASEAN adalah hal yang mutlak untuk mendukung ASEAN Connectivity 2025 dan ekonomi digital ASEAN,” kata Ketum UMUM ASEAN Freight & Forwarder Association (AFFA), Yukki N. Hanafi dalam pertemuan Cross Border Trade Facilitation Plartform di Cyberjaya, Malaysia yang berlangsung, Selasa (19/11).
Menurut Yukki, pergerakan nilai ekonomi sangat didukung oleh logistik yang baik. Digitalisasi logistik telah menjadi keharusan di dalam ekonomi digital. Logistik dalam industry 4.0 tidak semata-mata memindahkan barang dari satu pihak kepada pihak lain, melainkan lebih menekankan kepada pentingnya perpindahan data dari satu entitas kepada entitas lain.
“Kecepatan data bergerak jauh melebihi pergerakan barang, sehingga konektivitas masyarakat logistik menjadi keharusan,” ungkapnya.
Ketua Umum ALFI ini juga menyatakan bahwa Seamless logistic merupakan satu dari lima pilar di dalam ASEAN Connectivity 2025. Hal ini mendorong perlunya interaksi antar berbagai platform perdagangan dan logistik untuk menjadi suatu ekosistem yang kuat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.
Sementara itu dalam pertemuan Steering Committee Pan Asia eCommerce Alliance ke 60 di Cyberjaya, Malaysia, Menteri Keuangan Malaysia, Lim Guan Eng, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya perdagangan multilateral platform (multilateral trade platform) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital kawasan ASEAN.
“Demografi milenial ASEAN yang tinggi menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi digital kawasan,” katanya.
Lim Guan Eng juga menyatakan pentingnya interaksi dan konektivitas diantara publik, private, masyarakat (people) dan akademik (professional) – 4P, dalam menciptakan nilai-nilai baru dan nilai tambah baru bagi pertumbuhan ekonomi digital.
Indonesia dengan karakter negara kepulauan memiliki tantangan yang cukup berbeda dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Konektivitas arus informasi, barang dan keuangan menjadi hal yang penting dalam mendukung ekonomi digital Indonesia. Interaksi antara 4P (Public, Private, Professional & People) seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Malaysia di atas menjadi hal yang mutlak untuk membawa Indonesia menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi digital yang baik.
Ecosystem logistik, katanya, menjadi media yang sangat diperlukan untuk memenuhi tuntutan konektivitas yang tinggi dalam menjaga kualitas interaksi antar pemangku kepentingan ekonomi dengan karakteristik geografis Indonesia. Ecosystem menjadi keharusan dan penting, sebab ecosystem logistic merupakan jembatan ekonomi digital dalam interaksi ekonomi dalam dan luar negeri Indonesia.
“Kebutuhan informasi yang real time, cepat, aman dan akurat menjadi nilai-nilai yang ditawarkan ecosystem logistic. Transparansi informasi dalam ecosystem logistic memberikan kepastian dan nilai ekonomi yang kompetitif. Hal ini menjadi daya tarik masyarakat ekonomi digital dan hal yang membedakan dalam dengan ekonomi konvensional sebelumnya,” ungkapnya panjang lebar.
Menurut Lim, Informosi tidak lagi menjadi milik sekelompok pemangku kepentingan, melainkan menjadi milik bersama yang dapat dengan mudah diakses untuk menjadi insight dalam penyusunan strategi masing-masing pemangku kepentingan.
“Setiap pemangku kepentingan akan mendapatkan pengalaman (user experience) yang berbeda dan akan memberikan nilai tambah baru bagi keberadaannya dalam peradaban digital,” ucapnya lagi.
Yukki menambahkan, ASEAN memerlukan ecosystem logistik untuk menfasilitasi arus informasi logistik dalam kawasan regional.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi internasional dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kondisi makro ekonomi ASEAN masih dalam keadaan yang baik dibandingkan dengan kawasan lain.
“Indonesia sebagai anggota ASEAN harus bergerak cepat dalam beradaptasi dengan trend logistik regional dan internasional. Ecosystem logistik Indonesia harus segera terbentuk dan terkoneksi dengan ecosystem regional, hal ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi digital ASEAN,” ungkap Yukki.
Kata Yukki, pemangku kepentingan logistik Indonesia harus berkontribusi aktif dalam ecosystem logistik Indonesia, eksklusifitas dalam berinteraksi tidak lagi menjadi warna peradaban digital saat ini. (**)