Dwelling Time di pelabuhan Tanjung Priok untuk kegiatan impor mencapai 3,8 hari karena kinerja di JICT sampai sekarang belum normal.
“Penyebabnya karena fasilitas JICT yang disewakan ke terminal lain belum dikembalikan ke JICT, akibatnya kegiatan bongkar muat petikemas agak lambat,” kata ketua ALFI Jakarta Widiyanto kepada Oceanweek, di kantornya (21/8).
Oleh karena itu, Widiyanto minta supaya fasilitas yang diserahkan ke TPK Koja dan kegiatan yang dipindahkan di terminal petikemas lain segera dikembalikan untuk dioperasikan JICT kembali.
“Sampai saat ini fasilitas itu masih dioperasikan oleh mereka (terminal lain di Priok). Alfi minta JICT segera ambil alih kembali, supaya kegiatan kembali normal,” ungkapnya didampingi, H. Syukri Siregar, penasihat ALFI Jakarta.
Sementara itu Kepala OP Nyoman Saputera menghimbau supaya operasional di pelabuhan Priok dapat normal kembali.
“Saya sudah keluarkan surat supaya operasional dapat kembali normal. Tapi memang perlu waktu,” katanya dihubungi per telpon, Senin ini.
Nyoman juga menyatakan bahwa dwelling time itu secara menyeluruh untuk Tanjung Priok. Jadi antara terminal satu dengan yang lain tidak sama.
Menurut Widiyanto, karena kegiatan di JICT masih belum stabil, YOR menjadi tinggi.
“Kami berharap antara pekerja dan manajemen JICT segera selesai. Kami bingung sudah ada kesepakatan keduanya, tapi kenapa belum normal kegiatannya,” ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa pemerintah ingin agar dwelling time di pelabuhan bisa 2,5 hari. (**)