Setelah cukup lama membangun image dan mengembangkan pelabuhan untuk kegiatan kendaraan di Tanjung Priok hingga menjadikannya sebagai urutan ke lima dunia, yang kemudian dikenal dengan jargon IKT Tangguh. Kini Armen Amir (mantan Dirut IKT/Indonesia Kendaraan Terminal) ditugaskan oleh manajemen Pelindo II membenahi pelabuhan Ciwandan Banten.
“Kalau dulu kami membangun IKT Tangguh, sekarang kami ingin menuju Banten Hebat,” kelakar Armen Amir (General Manager Pelindo Ciwandan Banten) kepada Ocean Week di Kantornya, Rabu (17/5).
Cuaca Banten yang cukup menyengat siang itu, membuat Armen bertambah semangat. Dia kemudian mencoba memperlihatkan dan menggambarkan perubahan suasana kantor, sesaat setelah dirinya memimpin disini kepada Ocean Week.
Memang ada banyak perubahan, dari sebelumnya kantor pelabuhan Ciwandan yang tampak glamour, disulap menjadi sebuah kantor yang elegan. “Di halaman depan kantor ini, dari tadinya dijadikan tempat parkir kendaraan, akan kami bangun taman, parkir tamu dan pegawai kami siapkan ditempat sendiri,” ucapnya sembari mengajak ke berbagai ruang kerja pelabuhan Ciwandan dalam rangka Banten Hebat.
Jargon Hebat, ujar Armen, merupakan ungkapan yang penuh makna. H adalah singkatan High Quality Service, High Performance and High Productivity. E itu Energizing Trade Energizing Indonesia Through Efficient Cost Lgistics, lalu B adalah Bog Capacity and Big Facility, A maksudnya Agility in Customer Oriented Activity, dan T itu Time Delivery Service.
“Jadi di pelabuhan ini, kami akan memberikan layanan berkualitas, profesional dengan produktivity tinggi kepada para pengguna jasa,” ucapnya lagi.
Armen pun tak sungkan dan tak khawatir menceritakan bagaimana kondisi pelabuhan Banten sekarang ini. “Banyak hal yang mesti dibenahi, kalau kita ingin menjadikan Banten Hebat,” tegasnya.
Saat ini, ungkap Armen, kondisi pelabuhan Banten produktivitasnya masih rendah, pangsa layanan bongkar muat oleh Uster juga masih rendah dibawah 50% dari throughput, lalu fasilitas dermaga, lapangan penumpukan, gudang tidak terawat dengan baik, sistem informasi operasional belum sepenuhnya terpasang sehingga layanan operasional dilakukan manual.
“Terminal tidak steril dimana terdapat orang dan kendaraan yang keluar masuk ke dalam terminal sehingga rawan terhadap keselamatan kerja dan keamanan barang,” tutur Armen bersemangat.
Selain itu, kerjasama dengan pihak ketiga masih belum optimal bagi perusahaan. Kemudian banyak fasilitas berupa gudang, ruang kantor, ruang kontrol tidak berfungsi dengan baik. Beberapa alat bongkar muat dan alat bantu juga tidak berfungsi, misalnya skid teer loader, 4 unit hopper, spreader portek, rotari (hidrolic grab), satu unit forklift 3 ton, rampdoor 2 set rusak, dan beberapa kendaraan rusak.
“Ada lagi yaitu belum memiliki pool kendaraan, juga terdapat jembatan timbang belum difungsikan dengan baik, dan beberapa container yang rusak. Makanya, kami sudah inventarisasi semua kelemahan, dan rusaknya fasilitas-fasilitas itu untuk kedepan kami perbaiki,” kata Armen.
Meski ditinggali banyak masalah oleh pendahulunya, Armen menyatakan tetap bersyukur, karena dengan begitu Armen mengaku akan banyak pula yang dapat dikerjakannya. Padahal, saat dirinya mengetahui ditugaskan ke Banten, Armen berpikir pasti semua sudah ‘apik’ dan rapih, mengingat performa pelabuhan Ciwandan yang sudah baik.
“Tapi, saya bersyukur, dengan banyaknya hal-hal yang mesti dibenahi, saya masih kebagian banyak pekerjaan,” ucapnya bercanda.
Strategi
Berbagai langkah perbaikan sudah Armen persiapkan bersama tim. Misalnya untuk memperbaiki rendahnya produksi dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak trucking (Aptrindo), kerjasama dengan APBMI, menyusun operating planning secara bersama dengan pihak terkait (PBM, Shipping Line, Cinsignee, dan trucking), termasuk menunjuk pengendali operasional (port captain dan terminal captain).
“Selama ini trcking tak bekerja 24 jam, begitu pula dengan gudang penerima, dan PBM Mitra bekerja dibawah standar,” ungkapnya.
Untuk mengatasi layanan bongkar muat uster yang rendah, Armen menawarkan solusi antara lain menjamin produktivitas tinggi, percepatan pengoperasian jembatan timbang out, serta penerapan gate security system.
Selain hal-hal tadi, Armen juga bercerita mengenai kinerja pelabuhan, terutama kunjungan kapal dan throughput barang yang cenderung menurun. “Turunnya realisasi kunjungan kapal triwulan 1 2017 dibandingkan dengan pencapaian waktu yang sama 2016 dan target RKAP triwulan 1 disebabkan perubahan kujungan kapal dari kapal-kapal muatan besar. Sementara untuk thoughput penyebabnya karena adanya pembatasan kuota impor dan turunnya permintaan pasar,” ujarnya panjang lebar.
Data produksi bongkar muat mencatat, bahwa tahun 2014 mencapai 8,386,636.00, naik sedikit menjadi 8,710,099.00 di tahun 2015, dan turun di tahun 2016 yang tercatat 8,003,835.00, sedangkan tahun 2017 hingga April tercatat 2,428,678.00.
Dari volume besaran itu, bongkar muat yang ditagani Uster tercatat 4,085,248.00 (2014), 3,989,312.00 (2015), 4,096,785.00 (2016), dan 1,311,676.00 (2017 hingga April). Untuk non uster 4,301,352.00 (2014), 4,720,787.00 (2015), 3,907,050.00 (2016), dan 1,117,002.00 (2017 hingga April).
Sementara itu, untuk pendapatan pada rentang waktu yang sama juga menurun dibandingkan RKAP. Namun pencapaian laba mengalami kenaikan, itu karena dilakukannya program cost effectiveness.
Kedepan, Armen telah membuat berbagai strategi dalam mewujudkan obsesinya itu. Investasi untuk pengembangan dan perbaikan infrastruktur sudah dicanangkannya. Contohnya pembangunan dermaga 001 dan reklamasi di belakang dermaga, dan pembangunan integrated conveyor system yang hingga sekarang masih terkendala AMDAL.
“Yang pasti, kami akan tata kembali pelabuhan Banten, khususnya Ciwandan dalam merealisasikan Banten Hebat, tanpa CINTA,” tegas Armen mengakhiri obrolannya. (ow)