Tim peneliti China mengembangkan sistem pemantauan maritim yang memberikan visibilitas 360 derajat untuk kapal, sehingga meningkatkan keselamatan navigasi secara signifikan dalam kondisi gelap gulita, berkabut, dan kondisi-kondisi menantang lainnya.
Dengan perdagangan global sangat mengandalkan transportasi laut, jalur pelayaran yang semakin padat meningkatkan risiko tabrakan.
Sistem pemantauan kapal konvensional, yang dilengkapi dengan dua atau tiga kamera saja, hanya menawarkan cakupan seluas 120 derajat, sehingga menciptakan titik buta (blind spot) yang berbahaya.
“Deteksi hambatan yang akurat dan kesadaran situasional yang diperluas sangat penting untuk mencegah tabrakan,” kata Cai Chengtao, dekan Fakultas Ilmu dan Teknik Sistem Cerdas Universitas Teknik Harbin di Provinsi Heilongjiang, China timur laut.
Dia menambahkan bahwa cuaca yang tidak dapat diprediksi, seperti kabut dan badai, kerap memaksa kapal untuk menghentikan operasional, sehingga mengurangi efisiensi dan menambah biaya.
Sistem inovatif ini, yang dikembangkan lewat penelitian selama 14 tahun di universitas tersebut, menjadi solusi pemantauan panorama beresolusi tinggi di segala cuaca pertama China untuk penerapan di sektor maritim.
Teknologi ini memiliki desain modul ganda dengan delapan hingga 12 kamera per unit, yang mengintegrasikan sensor cahaya visibel (visible light) dan inframerah jauh untuk memastikan performa yang andal di semua kondisi visibilitas yang beragam.
“Inovasi utama sistem ini terletak pada kemampuan sintesis panorama waktu nyata (real-time),” jelas Cai.
Pemrosesan tertanam yang canggih secara mulus menggabungkan beberapa citra kamera ke dalam tampilan 360 derajat terpadu untuk sistem navigasi di kapal dan pusat pemantauan jarak jauh.
“Selama tiga tahun masa penerapannya, sistem ini berhasil memprediksi dan mengirim beberapa peringatan tentang kemungkinan terjadi tabrakan kapal akibat titik buta, menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan,” kata Zeng Bowen, dosen di universitas tersebut sekaligus anggota tim proyek.
Teknologi yang saat ini dioperasikan di kapal riset cerdas Haitun 1 milik China itu juga telah diimplementasikan dalam operasi-operasi maritim penting, termasuk bantuan kapal tunda dan sistem pengawasan pelabuhan.
Ke depannya, penerapan sistem ini dapat diperluas ke kapal otonomos, jaringan pemantauan lingkungan, dan infrastruktur transportasi cerdas, menandai lompatan besar bagi sistem transportasi cerdas di dunia. (**/antara)