Tanjung Api-api dipilih menjadi muara penampungan batubara, karena wilayah ini merupakan kawasan industri untuk pengolahan sejumlah komoditas unggulan di Sumatera Selatan (Sumsel), seperti batu bara, karet, dan kelapa sawit.
Hasil olahan itu akan diekspor ke beberapa negara, dan khusus untuk batu bara Sumsel biasanya dikirim ke beberapa daerah di Indonesia termasuk diekspor ke sejumlah negara, seperti Vietnam, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Kamboja.
Karena itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan membangun belt conveyor sepanjang 213 kilometer dari Kabupaten Lahat menuju Pelabuhan Tanjung Api Api, Kabupaten Banyuasin untuk memudahkan pengangkutan batu bara.
“Saat ini pemerintah masih berunding dengan pihak investor dan juga perusahaan batu bara di Sumsel terkait rencana pembangunan proyek itu,” kata Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Selatan Aries Syafrizal, di Palembang.
Pemerintah berharap nota kesepahaman dengan investor dapat segera dibuat, sehingga proses pembangunan dapat dilakukan pada 2017.
Aries mengatakan pembangunan belt conveyor itu untuk mengatasi permasalahan angkutan yang terjadi dari tahun ke tahun dalam penyaluran batu bara.
Produksi batu bara di Sumsel hanya berkisar 25 juta ton sampai 30 juta ton per tahun dari potensi mencapai 22,5 miliar ton, karena terkendala persoalan ketersediaan transportasi.
Dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan khusus angkutan batu bara, pembangunan jalur ganda kereta api dan sarana pengangkutan lain sampai tahun 2020, diharapkan Sumsel dapat memproduksi sekitar 50 juta ton batu bara per tahun. (**)