Seiring dengan terjadinya persoalan muatan, kapal dan stagnasi di sektor bisnis pelayaran dan industri maritime di dunia, sudah kita ketahui bersama bahwa saat ini para pelaku bisnis pelayaran di dunia dan khususnya di Asia dan Indonesia saat ini sedang prihatin dan bersama-sama saling memperhatikan dengan serius atas trend dan perkembangan keuangan dan pembiayaan bisnis pelayaran di Asia.
Dengan senantiasa memperhatikan perkembangannya maka para pelaku usaha bisnis pelayaran di Asia dan Indonesia diharapkan bisa tenang tidak panik dan suatu saat bisa bereaksi dengan cepat dan tepat dalam rangka menghadapi tekanan-tekanan, kesulitan dan badai pada ekonomi bisnis pelayaran yang saat ini masih sedang berlangsung. Karena itu, perlukah Indonesia mendirikan bank maritim?.
Dalam sebuah blog tulisannya, Praktisi Maritim Indonesia (PMI) Ir. Syaifuddin Thahir Msc menyebutkan, bahwa jika Indonesia mendirikan Bank Maritim Indonesia, perlu menengok acuan bahwa perbankan dunia sekarang sedang memikirkan perluasan bisnis perbankan ke wilayah Asia yang tentunya melibatkan para pelaku usaha pelayaran di Asia. Hal ini sejalan dengan pesatnya ekspansi dunia perbankan dan bank-bank di Asia, terkait dengan ekonomi dan bisnis pelayaran di Asia. Ini merupakan indikasi bahwa disamping persaingan yang ketat di sector pembiayaan bisnis pelayaran juga keputusan mendirikan bank maritim Indonesia berkecendurangan pada momen yang tepat.
Berdasarkan data bahwa pada tahun 2016, tiga posisi teratas dalam daftar bank yang membiayai bisnis perusahaan pelayaran terbesar sesuai dengan Forbes Asia 2000 jatuh pada bank-bank yang berada di Asia dan China, sementara data dari Marine Money menunjukkan bahwa negara-negara dan perusahaan-perusahaan pelayaran di Asia memimpin dalam deal-deal bisnis pelayaran dan keuangan pelayaran dunia.
Tren pelayaran dunia tahun 2030, yang diterbitkan oleh Lloyds Register, memperkirakan bahwa Negara China akan memimpin dunia pelayaran setidaknya katanya sebesar satu miliar US$ dari pinjaman perusahaan pelayaran dunia.
Selain itu, pada bulan Juni 2016, Bank Sentral di Eropa namanya European Central Bank dilaporkan telah melakukan peninjauan kembali lebih lanjut atas pinjaman-pinjaman bank di Eropa yang telah dilakukan dan dikucurkan kepada bisnis pelayarannya, dimana bisnis pelayarannya masih menimbulkan rasa kekhawatiran bagi perbankan di Eropa, terutama tentang persyaratan-persyaratan tambahan bila melakukan injeksi modal bank dan penyisihan modal ke depan. Katanya beresiko.
Selain itu, karena sumber pembiayaan pada bisnis pelayaran yang dilakukan secara konvesnsional selama ini dirasa tidak begitu menarik, makanya negara-negara seperti China, Korea dan Jepang, yang ekonominya bergantung pada industri pelayaran dan maritim, merasa perlu untuk mengambil alih dan mengisi kesenjangan adanya pembiayaan bisnis pelayaran untuk Bank Ekspor-Impor Korea yaitu Korea Export-Import Bank (KEXIM), infonya sebesar US$ 18,5 miliar, Bank Industri dan Komersial China dikenal dengan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) sebesar US$18 miliar dan China Export and Import Bank (CEXIM) sebesar US$ 16 miliar. Apakah pendirian bank maritim Indonesia juga berkeinginan yang sama?.
Pergeseran pembiayaan bisnis pelayaran dari Eropa ke Asia ini disebabkan adanya beberapa faktor. Diantaranya adalah bahwa bank-bank di Eropa sudah mulai mundur dari percaturan pembiayaan bisnis pelayaran, dimana bank-bank Eropa mempertimbangkan adanya persyaratan Basel III yang ketat, review atas kualitas asset bisnis pelayaran dan kapal, dan tekanan yang terus menerus dari kegiatan pengucuran kreditnya yang banyak bermasalah sejak 2008.
Momentum
Partisipasi dalam pembiyaan bisnis pelayaran dunia oleh perbankan di Asia merupakan momen bagi didirikannya bank maritim Indonesia. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Vietnam. Vietnam Maritime Bank. Pasar pembiayaan bisnis pelayaran, yang sebelumnya didominasi oleh bank-bank Eropa, saat ini bergeser ke pembiayaan bisnis pelayaran ke wilayah Timur yaitu Asia (termasuk Indonesia).
Menurut konsultan keuangan bisnis pelayaran, Petrofin Research, bank pemberi pinjaman ke pasar bisnis pelayaran di Asia saat ini melampaui bisnis pelayaran di Eropa. Saham bank-bank Eropa dari portofolio bisnis industri maritim dunia saat ini menurun dari 83% di tahun 2010 menjadi 62% di tahun 2015, hal ini diperkirakan bergeser ke Asia. Saham bank-bank Eropa digantikan oleh portofolio maritim yang berkembang di bank-bank di Asia, diindikasikan misalnya Bank of China tercatat sebesar US$ 21Miliar. ICBC memperluas keterlibatan dalam pembiayaan bisnis pelayaran dunia dan baru-baru ini ICBC mendirikan Pusat pembiayaan dan keuangan bisnis pelayaran Asia Pasifik (Asia-Pacific Shipping Finance Centre) di Singapura untuk menjamin pinjaman bisnis pelayaran melalui pasar obligasi Singapura. Bank Maritim Indonesia akankah menjadi pusat pembiayaan dan keuangan bisnis pelayaran di Indonesia.? (Sjaifuddin Thahir, MSc., Praktisi Maritim Indonesia)