Asosiasi Depo Petikemas Kosong (Asdeki) mengklaim telah menguasai sekitar 75% pergerakan container di seluruh Indonesia. Makanya usaha ini tak khawatir dalam era ekonomi masyarakat ASEAN.
Usaha depo petikemas kosong menjadi bagian penting dalam mata rantai kepelabuhanan nasional. Sebab depo tersebut merupakan bagian dari fasilitas penyimpanan dan penanganan/perawatan infrastruktur logistic untuk mendukung kecepatan bongkar muat container. Selain itu depo container juga berperan dalam memperlancar dan mengefisiensikan rantai pasok.
Ketua Umum Asosiasi Depo Petikemas Kosong Indonesia (Asdeki) Muslan AR membenarkan bahwa depo container dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian nasional. “Perusahaan pelayaran dan pemilik barang sangat terbantu dengan adanya depo petikemas. Karena jika tidak ada usaha ini, container-container kosong itu akan disimpan dimana,” ujar Dirut PT GNS itu.
Asdeki sebagai mitra pemerintah, ungkap Muslan, juga dapat menjembatani kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan depo container empty. “ Selama ini para depo juga turut mendukung kelancaran arus barang di pelabuhan. Bahkan pihaknya telah memberikan layanan 24 jam 7 hari kerja,” ujar kepada ocean week usai kegiatan Pelatihan Maintenance & Repair Container on Depot, di Jakarta pekan lalu.
Muslan menghimbau kepada para usaha depo container empty di 7 provinsi yang menjadi anggota Asdeki di Sumatera Utara, Lampung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Sulawesi Selatan supaya dapat mengantisipasi globalisasi dengan cara meningkatkan potensi SDM-nya.
Dari 84 perusahaan anggota di seluruh Indonesia yang mempekerjakan 21.500 tenaga kerja, Muslan berharap, mereka konsen untuk meningkatkan SDMnya, terutama dalam era MEA yang sudah diterapkan mulai tahun ini.
“Kami yakin hal itu dapat dilakukan, apalagi kami (depo petikemas-red) sudah menguasai lebih dari 75% pergerakan container di Indonesia,” kata Muslan.
Seperti diketahui bahwa depo petikemas merupakan usaha yang bergerak dalam penyediaan jasa untuk petikemas kosong dengan kegiatan meliputi penyimpanan, pemuatan, pembongkaran, pencucian, perawatan/perbaikan dan pemeriksaan guna mendukung kegiatan bongkar muat dan memperlancar dan mengefisiensikanjalur mata rantai pasok serta mendukung efisiensi tata kelola dan tata niaga system logistic.
Menurut Muslan, Asdeki telah menyusun standarisasi dalam bidang penanganan petikemas kosong di depo container yang salah satunya melaksanakan survey secara akurat berdasarkan standar IICL.
“Standarisasi itu untuk menghindari adanya perbedaan sudut pandang kriteria atas kerusakan container baik di depo, atau antara importer dan shipping line, standar ini dapat berlaku secara nasional bahkan ASEAN,” jelas dia.
Sebagai Ketua Umum Asdeki, pihaknya sedang melaksanakan sejumlah program, antara lain revisi Pergub yang diselaraskan dengan KM 74, survey container berbasis IT. Pelatihan-pelatihan terhadap SDM usaha depo, dan evaluasi tarip depo. “Mudah-mudahan semua program itu dapat segera terealisasi,” kata Muslan. (ow)