![Duet serasi APBMI, Sodik Harjono dan HM Fuadi. (foto ow)](http://oceanweek.co.id/wp-content/uploads/2016/10/haji-sodik-dan-tubagus-fuadi-apbmi-1-300x210.jpg)
Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) perlu diselamatkan, karena kepedulian dari pebisnis PBM sendiri terhadap organisasinya untuk Pusat semakin menipis. Dari ratusan PBM yang ada di Jakarta dan ratusan yang di daerah, paling hanya berapa banyak yang peduli dengan nasib DPP APBMI kedepan.
Hal itu yang membuat Ketua Umum DPP APBMI prihatin. Makanya di usianya yang sudah tak lagi muda, H. Sodik Harjono, tetap senang mengabdikan dirinya untuk APBMI. Apalagi namanya pernah dibesarkan pada bisnis ini, di era 90-an.
“Terkadang saya menangis memikirkan APBMI. Kalau APBMI daerah nggak ada masalah karena secara operasional jalannya organisasi lebih ‘mapan’ dibandingkan dengan Pusat. Makanya disini (DPP APBMI-red) diperlukan orang-orang yang tangguh, loyal dan segalanya,” katanya kepada Ocean Week, di Kantornya Jakarta Utara.
Sodik tidak menampik bahwa dalam beberapa tahun belakangan sejak keluarnya UU no. 17/2008 tentang Pelayaran, PBM tengah menghadapi ujian berat, terutama menghadapi sepak terjang operator pelabuhan. “Namun kami tidak berdaya, dan hanya berusaha berjuang untuk kelangsungan PBM. Kepedulian pemerintah pun semakin menipis, padahal kami ada juga karena keingingan pemerintah,” ungkapnya.
Karena itu, dia akan mencoba membawa persoalan ini kedalam Munas ke-7 APBMI di Padang, Sumbar akhir Oktober nanti.
Memang, pengamatan Ocean Week selama pasca UU Pelayaran, bisnsi PBM terkesan ‘Hidup segan mati tak mau’, paling hanya beberapa saja yang masih eksis. Jadi, mereka mesti berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya.
Ironisnya, dalam kondisi demikian, kepedulian pebisnis PBM terhadap organisasinya yang di Pusat justru semakin menipis. Sepengetahuan Ocean Week, selain Sodik Harjono, ada nama-nama seperti HM Fuadi (pemilik Tubagus Grup), Juswandi Kristanto (pemilik PBM DMS), Oggy (Sekjen) yang benar-benar ‘care’ akan nasib DPP APBMI. Yang lain boleh dibilang hanya sebagai pelengkap penggembira.
Jadi, bagaimana kalau keempat tokoh PBM tadi juga tak lagi memikirkan dan tak peduli terhadap kelangsungan DPP APBMI. Jawabannya hanya pebisnis PBM-lah yang tahu apa dan bagaimana nantinya organisasi itu. Tetapi, jika Sodik, Fuadi, dan Juswandi ‘masa bodoh’ terhadap organisasi yang sudah memasuki usia 30 tahun ini, maka tamatlah riwayatnya.
![Aris Hartoyo dan Rosul terlihat tertawa riang. (foto ow)](http://oceanweek.co.id/wp-content/uploads/2016/10/aris-hartoyo-01-300x225.jpg)
Ditingkat kedua, ada juga nama Aris Hartoyo, Romulo, Rosul, dan lain-lain, tetapi mereka itu sudah banyak mengabdikan pikiran dan tenaganya di DPW.
Karena itu, Taufik Siregar (penasihat APBMI) selalu berpesan supaya para PBM bersatu untuk kekuatan organisasi ini dimasa mendatang, sebab yang akan dihadapi kedepan, bukan hanya datang dari dalam negeri sendiri, melainkan asing, dan kenyataan itupun sudah terjadi disini. “Itu yang menjadi ‘PR’ semua PBM,” ujarnya. (ow)