Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) berharap pemerintah masih perlu mempertahankan Tanjung Emas Semarang sebagai pelabuhan utama di Jateng dengan mengoptimalkan keberadaan pelabuhan tersebut.
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang akan dibangun Pelabuhan, perlu kajian ulang, apakah kargo yang keluar masuk sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan.
Ketua ALFI Jateng dan DIY Teguh Arif Handoko mengungkapkan hal itu kepada Ocean Week, Selasa pagi melalui sambungan selulernya. “Sepertinya membangun pelabuhan Batang di KITB perlu kajian ulang. Apalagi infonya panjang dermaga 150 meter dengan kedalaman -5 meter LWS. Dan apakah kargo yang masuk sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan, sehingga pelabuhan bisa tumbuh dengan cepat,” ujarnya.
Teguh menyampaikan, kalau kita melihat Tanjung emas, sekarang saja belum tembus 800 ribu TEUs per tahun.
“Baru-baru ini kami ikut peresmian KITB, dan Menteri Investasi (Bahlil) mengatakan pelabuhan Batang segera dibangun. Apakah kargo di Batang bisa mencukupi,” ungkap Teguh bertanya-tanya.
Tanjung Emas saja, katanya, komoditi ekspor impor yang keluar masuk rata-rata berkisar 2.200 TEUS Per hari,. “Nah, di KITB berapa. Ini kan perlu kajian yang benar,” katanya lagi.
Teguh juga mempertanyakan, mungkin untuk awal, misalnya 1.500 atau 2000 kontainer yang keluar masuk pelabuhan Batang, apakah throughput itu nanti bisa mencapai kebutuhan minimal operasional pelabuhan Batang, dan apakah ini bisa berjalan jika kargo nya kurang.
Dia mencontohkan. Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. “Meski sudah ada Patimban, namun kargo yang dari Bandung pun masih menggunakan Tanjung Priok Jakarta. Apalagi pelabuhan Batang dengan kedalam -5 meter LWS dengan panjang dermaga hanya 150 meter, kami yakin akan sulit untuk menarik pasar/pelanggan, oleh sebab itu, kami berharap pengelola Tanjung Emas mengoptimalkan lebih serius pelabuhan Tanjung Emas,” katanya.
Teguh menyatakan, kalau KITB menjadi penopang Tanjung Emas, itu sangat memungkinkan. “Karena kalau dari KITB ke Tanjung Emas biaya logistik menurut hitungan kami hanya menambah biaya sekitar Rp 1,250 juta atau Rp 1,500 juta, berarti beban per kilo untuk satu kontainer 20 feet hanya sekitar 50-75 rb per kilo.
“Jadi Tanjung Emas masih memungkinkan diberikan support untuk kargo-kargo dari KITB menuju Tanjung emas untuk saat ini,” kata Teguh.
ALFI Jateng berharap, pelabuhan Batang hanya menjadi pengumpan Tanjung Emas, untuk barang-barang ekspor maupun impor nya.
Meraup Investasi Rp 14,8 M
Sebelumnya, dalam berita Ocean Week menyebutkan bahwa Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, sudah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat(26/7/2024) lalu. Di kawasan tersebut, sudah ada 18 perusahaan yang masuk ke KIT Batang.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan akan melibatkan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk membangun pelabuhan di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) tersebut.
Dikonfirmasi mengenai dilibatkannya PT Pelindo untuk membangun pelabuhan di KITB, Ardhy Wahyu Basuki, Group Head Sekretaris Perusahaan PT Pelindo menyampaikan bahwa keterlibatan usaha BUMN ini dilatarbelakangi KITB merupakan salah satu dari 17 Proyek Strategis Nasional (PSN) Sektor Kawasan Industri di Indonesia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 berlokasi di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang.
“Dan untuk menunjang kegiatan logistik industri yang ada di KITB, diperlukan adanya pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan itu, sehingga biaya logistik menjadi lebih efisien. Dalam hal ini, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan memberikan penugasan kepada Pelindo untuk melaksanakan pembangunan pelabuhan,” kata Ardhy kepada Ocean Week, Senin pagi.
Ardhy menjelaskan, pembangunan yang dikerjakan oleh Pelindo meliputi rencana pengembangan Terminal Multipurpose Batang tertuang dalam Rencana Induk Pelabuhan Batang yang telah disahkan oleh Gubernur Jawa Tengah.
“Pelabuhan Batang direncanakan pembangunannya dalam beberapa tahap. Pada tahap awal, Pelindo bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur pelabuhan berupa dermaga, trestle, dan causeway,” ujarnya.
Sementara untuk pekerjaan pembangunan fisik sudah dimulai sejak Juni 2024 dan direncanakan akan selesai pada Maret 2025. Pada 2023 Pelindo melakukan pengurusan berbagai perijinan yang diperlukan.
Ardhy mengatakan, untuk pengembangan selanjutnya akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tenant yang ada di KITB.
Seperti diketahui bahwa pelabuhan Batang akan memiliki Panjang dermaga pada tahap awal sepanjang 150 meter dengan kedalaman -5 meter LWS, dan diproyeksikan mampu melayani kapal jenis tongkang dan tug boat/general cargo dengan bobot 6000 – 7000 DWT dan panjang kapal maksimal 135 meter. “Volume cargo setiap kunjungan berada pada kisaran 6500-7000 Ton,” kata Ardhy.
Di tempat terpisah, Hari Ratmoko (ketua DPC INSA Semarang) mengaku mendukung dibangunnya pelabuhan Batang untuk mendukung lalu lintas barang dan kapal di kawasan itu.
“Kami (INSA Semarang) ingin Pelindo menjadi operator utama pelabuhan di KITB. Kami berhadarap Pelindo dapat memberikan solusi dengan kondisi dan kedalaman pantai di KITB saat ini,” ungkapnya.
Ditanya apakah dengan adanya pelabuhan Batang dapat mengurangi pasar pelabuhan Tanjung Emas, Hari menyatakan tidak akan menggerus pasar yang selama berkegiatan di Tanjung Emas.
“Sepertinya tidak mengurangi pasar Tanjung Emas, karena pelabuhan KITB hanya untuk mengangkut kargo-kargo yang masuk dan keluar dari/ke KITB,” kata Hari, per telpon, Senin pagi.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, nantinya pembangunan pelabuhan akan disesuaikan dengan kebutuhan di KITB. Sehingga tercipta sistem transportasi yang terintegrasi.
“Kalau bicara pelabuhan tadi kita sudah datang ke sana, PT Pelindo sudah memulai kegiatannya. Insyaallah tahun mendatang Pelindo bersama Kemenhub bisa membuat pelabuhan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan Batang,” kata Menhub.
Menhub juga menyebut KITB ini menjadi kawasan industri yang terintegrasi sehingga memudahkan investor untuk berinvestasi.
“Jadi saya pikir kita harus bersaing dengan negara-negara lain di antara China, Vietnam dan sebagainya,” ungkapnya.
Disinggung BKPM
Pembangunan pelabuhan di Batang ini sebelumnya sempat disinggung oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam acara peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Jawa Tengah, Jumat (26/7).
Menteri Bahlil mengatakan, pembangunan pelabuhan di KITB masih tersendat persoalan. Kata Bahlil, prosesnya saat ini baru sampai tender. Artinya masih butuh waktu lagi untuk membangun pelabuhan tersebut.
“Kurang satu saja Pak, pelabuhan kita. Jadi pelabuhan, itu Pelindo sudah tender, tapi pemecah ombaknya sama alurnya saja,” kata Bahlil.
“Saya yakin kalau Bapak Presiden sudah datang, maka seluruh pelabuhan akan selesai juga,” ungkapnya.
Sebanyak 18 perusahaan telah masuk di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dengan nilai investasi Rp 14 triliun lebih. Bahlil mengeklaim pembangunan KITB akan mampu menyerap 250 ribu tenaga kerja.
Dia menargetkan dalam 10 tahun kedepan pabrik-pabrik di KITB bakal terisi penuh sehingga penyerapan 250 ribu pekerja bisa terlaksana.
“Kita targetkan lapangan pekerjaan sampai dengan selesai, ini kita perkirakan paling lama 10 tahun sudah harus penuh. Itu kurang lebih sekitar 250 ribu tenaga kerja,” kata Bahlil. (***)