Arus Petikemas melalui pelabuhan Teluk Bayur sudah mencapai 74.653 TEUs (hingga September (2024), naik dibandingkan tahun lalu periode sama yang tercatat 70.113 TEUs.
Sementara untuk non petikemas hingga September ini tercatat total 5.226.501 ton. Capaian tersebut disokong dari sebelas komoditi yakni CPO, semen, klinker, cangkang sawit, batubara, pupuk, bungkil, gypsum, karet, copper slag dan general kargo.
Untuk arus kapal, data dari Pelindo Teluk Bayur menyebut ada 1.935 unit atau 8.655.629 GT.
Konon, tahun 2025 nanti bakal menjadi tantangan khususnya pengelola terminal petikemas Teluk Bayur. Karenanya perbaikan layanan serta perkuatan kepada pasar sangatlah penting untuk dilakukan.
General Manager Regional 2 Teluk Bayur Ferrial Dunan Sidabutar menyampaikan bahwa perseroan akan memperkuat dan meningkatkan kinerja serta terus berupaya melakukan perbaikan service.
“Penggunaan alat secara Elektrifikasi yang kami lakukan sangat memberi manfaat, bisa menghemat biaya operasional terhadap penggunaan BBM kurang lebih 40%. Dengan efisiensi terhadap BBM juga menghemat biaya pemeliharaan, layanan kepada pengguna jasa pun meningkat, sekaligus mendukung program green port,” katanya, di Padang, baru-baru ini.
Sebagaimana diketahui bahwa green port merupakan suatu konsep dalam pengembangan pelabuhan ramah lingkungan.
Ferrial juga menyatakan bahwa untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi, pelabuhan Teluk Bayur telah melaksanakan berbagai pengembangan, antara lain perbaikan dermaga dan optimalisasi area pelabuhan untuk menangani peningkatan volume kapal dan muatan.
Lalu implementasi sistem manajemen pelabuhan berbasis digital untuk mempercepat proses administrasi dan pengawasan kegiatan operasional serta penerapan praktik ramah lingkungan seperti penggunaan energi terbarukan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Menurut Ferrial, Teluk Bayur menjadi salah satu tulang punggung logistik nasional, khususnya di Sumatera Barat. Pelabuhan ini tak hanya sebagai bongkar muat barang domestik saja, tapi juga untuk ekspor impor.
Layanan di pelabuhan ini pun sudah menerapkan billing sistem menggunakan E-Service, dimana customer dapat melakukan permintaan layanan secara mandiri, tanpa harus datang ke pelabuhan.
“Sedangkan untuk layanan kapal berbasis digital, kami sudah menggunakan sistem Phinisi bersifat end to end. Untuk peningkatan level of service layanan jasa kapal, saat ini sudah ada tempat secara terpadu,” ungkapnya.
Kata Ferrial, dengan berbagai pengembangan yang dilakukan perseroan, diharapkan kapasitas pelabuhan akan meningkat secara signifikan, waktu tunggu kapal berkurang serta proses bongkar muat barang bisa lebih cepat.
“Kami optimis, potensi besar yang ada di Sumatera Barat ini, dapat menjadikan Teluk Bayur menjadi pelabuhan terdepan di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan nasional,” kata Ferrial bersemangat.
Apa yang dilakukan oleh manajemen Pelindo Teluk Bayur ini mendapat apresiasi dari INSA Sumatera Barat.
Hanya saja, ungkap Dodi, Katua DPC INSA Padang, berharap antrean kapal yang terkadang terjadi di pelabuhan ini bisa diatasi dan dicarikan solusinya.
“Bukan lalu (Oktober, antrean kapal sampai 38-an). Dan itu bisa membuat biaya tinggi, karena kapal lama menunggu sandar,” kata Dodi.
Namun, Dodi menyatakan jika secara umum layanan di pelabuhan sudah lebih bagus.
Hal serupa juga disampaikan HM. Tauhid, ketua APBMI Sumatera Barat. “Kami melihat saat ini aktivitas di pelabuhan semakin membaik, bongkar muat barang lebih cepat, dan bagus. Kalau bisa ini dipertahankan dan dapat ditingkatkan,” kata Tauhid.
Keduanya berharap, pelabuhan Teluk Bayur kedepan bisa ditambah fasilitas dermaga, karena saat ini boleh dibilang sudah tak imbang antara kehadiran kapal dengan fasilitas dermaga yang tersedia. Sehingga kapal sering menunggu. “Kapal ngantre, itu artinya biaya bertambah, ini yang perlu dicari solusinya,” kata keduanya. (***)