PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) terus melakukan pengembangan usaha, bukan saja obsesinya menjadikan terminal ini terbesar di negara-negara ASEAN, tapi juga 10 besar dunia. Untuk dalam negeri, perseroan juga sudah melakukan kerjasama dengan IPC Pontianak untuk pengoperasian Roro Terminal per 1 Desember 2018, lalu dengan IPC Panjang per 1 Oktober 2018, kemudian dengan IPC Tanjung Priok per 15 Mei 2018, serta dengan IPC TPK per 1 Oktober 2018.
“Selain itu, IKT juga bekerja sama dengan PT Pelindo I, II, III dan IV untuk pengelolaan dedicated car terminal di seluruh Indonesia,” kata Dirut PT IKT, Chiefy Adi Kusmargono menjawab Ocean Week seputar rencana perseroan ke depan.
Chiefy juga bercerita, selain itu, pihaknya merencanakan bekerjasama dengan PTP di Tanjung Priok, dengan Pelindo IV di Makassar dan Balikpapan/Samarinda, dengan Pelindo III di Banjarmasin. Dengan tujuan untuk mengimplementasikan zonasi area terminal dan operator terminal.
“Dengan Pelindo IV Makassar, kami sedang matangkan konsepnya,” kata Chiefy, Sabtu (1/12) melalui teleponnya.
Seperti diketahui bahwa PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) bisa disebut sebagai perusahaan dengan tingkat pertumbuhan kinerja keuangan yang baik ke depan. Apalagi perseroan bisa dikatakan menjadi satu-satunya pengelola terminal car di Nusantara ini.
Tren pertumbuhan ekspor mobil dan penambahan areal penyewaan parkir terminal kendaraan juga diharapkan menjadi pemacu kinerja keuangan perseroan ke depan. Hingga September 2018, perseroan mengelola sebanyak 34,9 hektare terminal kendaaraan yang bisa menampung hingga 700 ribu kendaaraan per tahun.

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk tengah berencana untuk meningkatkan volume penumpukan kendaraan di terminal yang berlokasi di Tanjung Priok untuk tahun ini.
Chiefy mengungkapkan pada tahun 2019, pihaknya menargetkan memperluas lahan terminal menjadi 39 hektare. Lalu di tahun 2020 dapat meluas menjadi 62 hektare. Sedangkan, di tahun 2021 akan memperluas menjadi 68 hektare. “Sedangkan pada tahun 2022 diharapkan sudah mencapai 89 hektare dan dapat menampung 2,1 juta unit kendaraan sehingga bisa menjadi nomor satu di Asia Tenggara dan merangsek ke posisi 12 besar dunia,” ungkap Chiefy.
Dalam usia yang ke-6 tahun, Chiefy mengibaratkan IKT adalah sebuah pohon, daun dan buah adalah sesuatu yang nampak dan sekejab orang bisa melihat hasil dari sebuah pohon. Bisa saja buah dan daun lebat itu karena obat atau karbitan yang setahun dua tahun berbuah, tapi selanjutnya tidak, bahkan mati.
“Sebuah pohon yang bagus harus ditunjang akar yang kuat. Walaupun dia tertutup tanah dan tidak kelihatan. Sejatinya dialah yang menopang sebuah pohon untuk berdaun dan berbuah lebat untuk memberikan manfaat,” ujarnya.
Chiefy pun mengibaratkan bahwa Akar itu adalah Passion, Love, Culture. Untuk menghasilkan batang, ranting yang kokoh, daun yang hijau yang mampu memproduksi oksigen sumber kehidupan, kesejukan dan kerindangan, buah lebat yang tidak hanya enak dilihat, namun juga dimakan, yang pada akhirnya menjulang ke tinggi pohon tersebut (menggapai puncak (Rock) yang ditunjang oleh akar yang kuat menghunjam bumi).
“People yang bekerja sesuai Passion yang akan menumbuhkan Love terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan, sehingga menciptakan Culture (Bad to Good, Good to Great, Great to Excellent, Excellent to Legacy). Pada akhirnya akan meraih Rock puncak yang tertinggi yaitu sumber kebahagiaan dan manfaat bagi semesta alam,” kata Chiefy berfilosofi. (***)