Kepala Kantor Syahbandar Utama Pelabuhan Tanjung Priok, Capt. Sudiono menyatakan bahwa untuk sementara kegiatan pengapungan kapal MV Sweet Istambul di pelabuhan Tanjung Priok dihentikan, menyusul terjadinya musibah hingga menelan korban meninggal para pekerja pengapungan.
“Sementara kegiatan pengapungan kapal dihentikan,” kata Sudiono yang dihubungi Ocean Week, Sabtu (30/9) sehubungan dengan adanya musibah meninggal dunia para pekerja pengapungan kapal tersebut kemarin.
Sudiono juga mengatakan, bahwa jumlah korban 5 orang sudah dievakuasi tadi malam (Jumat, 29/9) jam 20.00 Wib, kemudian dibawa ke RSCM, untuk kepentingan otopsi. “Setelah itu diserahkan kepada keluarga korban,” ujarnya lagi.
Seperti diketahui bahwa Kapal Sweet Istambul tenggelam di Tanjung Priok, pada Maret 2017 lalu. Kapal ‘mati’ dan tak bertuan itu tepatnya sekarang berada di luar dam pelabuhan, bersamaan dengan kapal Samratulangi PB 1600 milik pelayaran BUMN Djakarta Lloyd dan puluhan kapal mati lainnya.

Informasi yang diperoleh Ocean Week, menyebutkan bahwa kapal Sweet Istambul bisa dibilang sudah tidak bertuan. Karena pelayaran pemiliknya sudah dinyatakan pailit, sehingga dokumen dan kepentingan terkait berada ditangan salah satu bank.
Pada Jumat (29/9), Kapal MV Sweet Istambul yang berada di luar dam timur 1 mil dari pintu pelabuhan priok memakan 5 korban pekerja pengapungan hingga meninggal dunia. Korban pertama berhasil dievakuasi oleh temannya, dan 4 korban lagi dievakuasi tim SAR KPLP Priok.
Para korban langsung dibawa ke RSCM untuk diotopsi, mengenai penyebab kematian juga menunggu hasil visum Ruah Sakit.
Untuk diketahui, sekitar 39 unit kapal tak bertuan berada di pelabuhan Tanjung Priok. Jika tak segera diatasi atau dievakuasi, bisa saja bernasib sama seperti kapal Sweet Istambul. (***)