Industry 4.0 belakangan ini menjadi perbincangan di banyak kalangan. Bahkan hampir di semua kementerian RI, hingga debat Capres kedua yang baru lalu pun sempat menyinggung soal ini. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang belum mengerti apa itu industry 4.0. Akankah Indonesia ketinggalan jika tak mengikuti revolusi industry 4.0, dan apakah masyarakat Indonesia juga bakal terisolir dengan hal itu. Lalu bagaimana pula dengan bisnis kepelabuhanan, pelayaran, logistik, PBM, forwarder, dan sebagainya?.
Konon saat ini yang paling siap dan sudah menerapkan 4.0 untuk kepelabuhanan adalah China. “Semua pelabuhan di China sudah menerapkan revolusi industri generasi keempat,” kata Saut Gurning yang mengaku kagum dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah China.

Menurut dia, dengan berkembangnya industry digital itu, tak lagi banyak tenaga manusia yang digunakan dalam aktivitas di pelabuhan. Dalam banyak hal, ungkap Gurning, sudah banyak menggunakan tenaga robot yang digerakkan melalui komputer.
Rupanya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto juga tak ingin ketinggalan. Karena itu, pihaknya sangat mendorong perkembangan Industry 4.0 disini, agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industri. “Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama,” kata Airlangga dalam keterangannya.
Airlangga mencontohkan sejumlah sektor industri nasional yang telah siap memasuki era Industry 4.0, diantaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.
Untuk sektor transportasi, otomotif dan logistik, mereka pun sudah menyediakan solusi IoT secara total. Selain itu, mereka juga mempersiapkan diri untuk membantu industri yang bergerak di agriculture, aquaculture, environmental dan monitoring.
Satu hal lagi yang harus dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyongsong Industri 4.0. Salah satunya adalah melalui persiapan hadirnya jaringan generasi kelima atau yang lebih dikenal sebagai jaringan 5G.
Lalu langkah apa yang dilakukan Asosiasi Logistik dan Forwarder (ALFI) dalam rangka industry 4.0 ?. Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi menyatakan, ada dua hal yang disiapkan ALFI dalam menyongsong era industry 4.0, yakni pertama menyiapkan sumber daya manusia (SDM)-nya dengan berbagai pelatihan melalui ALFI Institute. Dan kedua, melakukan pengembangan digitalisasi Smart Logistics yang dibangun dalam website ALFI.

“Pengembangan itu telah dilakukan secara bertahap. Saat ini modul yang siap adalah modul impor, ekspor, track and trace yang telah mencakup lebih dari 150 negara. Selanjutnya pengembangan rantai pasok sampai dengan ke last mile delivery,” kata Yukki kepada Ocean Week, Senin (25/2) siang ini.
Tahap awal track and trace yang saat ini dikembangkan tentunya meliputi transportasi laut, darat, dan udara, karena pergerakan arus barang tidak hanya melalui jalur laut saja. “Kita kembangkan di IoT, pergudangan, depo dan data exchange (pertukaran data), tak lupa sektor perbankan untuk menunjang trade financing,” kata Ketua AFFA ini.
Menuju Industri 4.0
Yukki juga mengemukakan, Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber dan merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data, termasuk cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan (cloud-based) dan komputasi kognitif (cognitive computing, self-learning system)
Seiring dengan perkembangan industri yang memasuki era 4.0, Digitalisasi dan Logistik menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, cepat atau lambat digitalisasi telah merambah ke semua lini dan salah satunya adalah logistik.
“Kita pada saat ini berada di perjalanan atau menuju pada Industri 4.0 dimana pertumbuhan berada pada kecepatan atau yang sering saya sampaikan dari economy of scale ke economy of speed dan mempengaruhi hampir di semua Industri termasuk di bidang Mata rantai Pasok (Supplychain) dan Logistik (elogistics),” ujar Yukki Nugrahawan.
Menurut dia, Transformasi digital dari revolusi industri ketiga, Industri 4.0 adalah gabungan Operasional dengan Industri Digital. Penggabungan akselerator dalam inovasinya salah satunya dengan implementasi IOT (internet of things), dimana ALFI telah memfasilitasi anggotanya untuk menggunakan platform tersebut melalui website ALFI (ilfa.or.id). ALFI akan melakukan sosialisasi secara intensif agar platform tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh anggota-anggotanya.
Dalam Konteks Platfrom digital ini, kata Yukki, bisnis yang tumbuh harus mencari sesuatu yang berbeda bukan sekedar menjadi lebih baik dan bicara digitalisasi, yang perlu di antisipiasi baik dalam dunia pelayaran dan logistik adalah kecepatan untuk beradaptasi dan agilitas serta transparansi dalam proses internal dan eksternal.
“ALFI yang saat ini mengembangkan Rantai Pasok Berbasis Digital guna meningkatkan Daya Saing agar dapat menuju Indonesia yang kompetitif, dinamis dan inovatif, tentunya ALFI tidak bisa bergerak sendiri, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, baik pelayaran dan trucking selaku moda transportasi dan tentunya Pemerintah dari sisi regulasi,” ujar Chairman AFFA (ASEAN Freight Forwarder Association) ini.
Yukki juga menceritakan bahwa Pemerintah Indonesia saat ini telah meyiapkan program Making Indonesia 4.0 sebagai salah satu program dalam menghadapi dunia digital. Revolusi Industri 4.0 akan menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar keempat, menurut survei PWC (Price Waterhouse Coopers).
“Tetapi seperti yang disebutkan di atas, dibutuhkan kolaborasi dan komitmen dari berbagai pihak agar Indonesia bisa dengan cepat berkompetisi dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya lebih lanjut negara-negara maju seperti China, AS dan Israel,” kata Yukki. (***)