Rapat Umum Anggota (RUA) Indonesia National Sebanyak 40 pengurus di seluruh Indonesia dari 51 DPC INSA menghadiri RUA ke XVIII, di Surabaya pada Jumat (15/12).
RUA yang mengambil tema INSA Siap Hadapi Tantangan Menuju Indonesia Maju, dihadiri oleh 40 dari 51 DPC INSA di seluruh Indonesia.
Selain itu hadir pula direktur Pelindo Putut Sri Mulyanto, ketum DPP APBMI Juswandi Kristanto, ketum Asdeki Mustafa Kamal, Ketum Gapasdap Khoiri Soetomo, direktur Navigasi Hubla Budimantoro, Kepala Bagian Hukum Hubla mewakili Sekditjen Budi Prayitno, Dirut Teluk Lamong David Sirait, direktur SPTP Rima Novianti, Dirut PT JAI Shanti Purihita, direktur Pelni Yossianis Marciano dan para mitra lainnya.
Dalam kesempatan menyampaikan sambutan, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengungkapkan, Rapat Umum Anggota merupakan amanat AD-ART INSA yang harus diselenggarakan pada akhir masa bakti kepengurusan.
Namun, RUA dan periode kepengurusan kali ini memiliki keunikan dibanding RUA-RUA sebelumnya. “Perkenankan saya mengajak kita semua untuk melihat sejenak ke belakang dan mencermati periode pengabdian kepengurusan yang berakhir hari ini (Jumat/15/12).
Menurut Meme (panggilannya), masa bakti kepengurusan DPP INSA 2019-2023 ini merupakan periode yang sangat sulit. Tak berselang lama setelah RUA tahun 2019, dunia dan bangsa kita menghadapi pandemi dahsyat Covid-19.
Persoalan yang semula hanya dipandang sebagai masalah kesehatan ini tak memakan waktu lama berubah wujud menjadi Krisis Dunia.
Inilah Krisis terbesar pasca Perang Dunia ke-2 yang dihadapi manusia zaman sekarang. Berbagai sektor kehidupan masyarakat mengalami dampak yang maha dahsyat; kesehatan amburadul, pendidikan ambyar, ekonomi carut marut; dan inin terjadi di banyak negara.
Sebagai organisasi pengusaha, INSA tentu juga terdampak. Program kerja yang sudah dirancang pada RUA sebelumnya, otomatis terganggu, bukan hanya di Pusat tapi juga teman-teman pengurus di cabang mengalaminya. Belum usai sepenuhnya perjuangan melawan COVID, kita dikagetkan oleh perang yang terjadi di Rusia-Ukraina, lalu akhir-akhir ini juga melanda Saudara-saudara kita di Palestina. Di aspek ekonomi, Tiongkok—mitra dagang strategis Indonesia—juga mengalami pelambatan.
Carmelita juga mengatakan, kepengurusan periode ini, penuh tantangan, banyak hambatan, sangat volatile dan mengharuskan organisasi kita beradaptasi.
“Ada banyak hal yang bisa disampaikan, tetapi satu yang sangat fenomenal yang hendak saya ingatkan kepada kita semua mengenai apa yang telah kita lakukan di periode ini. Yakni saat kita semua mampu mengkonsolidasikan kekuatan armada nasional untuk memasok batubara ke PLTU-PLTU, yang alami kekurangan pasokan batu bara pada 2022 lalu,” ujarnya.
Ketum INSA ini mengungkapkan, di tengah suasana pandemi, kalau kemudian ditambah lagi dengan krisis energi, maka bisa terjadi kesukaran di masyarakat, bahkan bisa saja mengakibatkan kekacauan. Tapi kita semua berhasil.
Capaian ini menunjukkan kepada Indonesia, bahwa INSA mengedepankan kepentingan nasional, INSA kuat, dan INSA solid melayani Indonesia.
“Pak Dir Navigasi (Budimantoro) dan Pak Kabiro Hukum Hubla, apa yang kami lakukan itu karena sejak INSA berdiri, kami mendedikasikan organisasi sebagai mitra pemerintah, sebagai partner untuk memajukan bangsa. Jadi sektor energi kami komit dan kerja keras bantu, apalagi sektor perhubungan yang merupakan rumah kita bersama. Kita selama ini sudah berhubungan baik, tapi mari Pak kita tingkatkan. Ayuk Pak, lebih sering melibatkan kami. Kami juga akan lebih sering meminta dukungan, support dari Bapak-Bapak regulator, sekaligus kami juga akan sangat bersedia dan senang hati untuk membantu pemerintah. Tinggal kontak aja Pak, demi merah putih kita semua siap,” jelasnya panjang lebar.
Carmelita juga menyinggung bagaimana INSA memou melewati pandemi dan krisis perekonomian karena semua anggota, bersatu padu, bergandeng tangan menghadapinya.
Kata Carmelita, ditengah ketidakpastian yang tinggi, kita bisa menyelesaikan masa bakti DPP INSA 2019-2023 dengan penuh dedikasi. Sejumlah capaian berhasil kita torehkan bersama. Dalam aspek keorganisasian, kini INSA juga semakin berperan di kancah regional dan global, dengan kembali menjadi anggota FASA, setelah sebelumnya kita hanya menjadi observer saja.
Pada Exco Meeting FASA, INSA juga terpilih menjadi Ketua pada kepengurusan FASA 2024-2026.
Peran INSA juga semakin besar karena Ketua FASA juga menjadi Wakil Ketua ASA periode 2023-2024.
Dalam agenda ASA, pada Rapat Umum Tahunan (AGM) bulan Mei 2024 nanti, estafet kepemimpinan ASA untuk periode 2024-2025 akan diberikan kepada FASA (yaitu INSA).
Hal ini tentu menjadi kesempatan bagi INSA memperluas pengaruhnya, terutama di tingkat internasional, termasuk di Asia dan negara lain seperti Australia, Jepang, China, Korea, India, dan lainnya.
Di kancah internasional, INSA juga berperan aktif sebagai delegasi Indonesia pada Sidang Ke-33 IMO di London. “Alhamdulillah, Indonesia kembali terpilih sebagai Anggota Dewan IMO Kategori C periode 2024-2025,” ungkapnya.
Carmelita juga mengatakan, Indonesia Maju adalah mimpi dan tujuan bersama. Carmelita mengingatkan, Indonesia maju adalah tantangan tetapi juga peluang. Karena itu kita harus menghadapinya dengan optimis.
“Ke depan, kita ingin agar kapal-kapal merah putih kembali berperan di kancah global. Dengan kebijakan beyond cabotage, kita berupaya agar pelayaran nasional mampu berdaya saing pada angkutan ekspor impor. Sehingga kita bisa berkontribusi dalam memperbaiki neraca jasa Indonesia yang kerap alami defisit,” jelasnya.
Selain itu, kita juga harus bergerak bersama teknologi yang telah berkembang pesat. Digitalisasi menuntut pelayaran beradaptasi. Mau tak mau kita harus menuju ke era digital; pilihannya digital atau tertinggal. Karena itu, digitalisasi haruslah menjadi fokus kita saat ini.
INSA juga memiliki komitmen terhadap green energy. “Kami telah berperan aktif menekan emisi lewat kapal-kapal anggota INSA. Kini telah ada kapal berbahan bakar gas yang terus dikembangkan ke ukuran lebih besar. Dan saat ini juga sedang melakukan riset untuk solar energy,” katanya.
Memang masih ada kendala, terutama infrastruktur pendukung di darat, yang menyediakan bahan bakar gas untuk kapal, dan belum adanya regulasi terkait retrofit kapal dual fuel di Indonesia.
Alat converter marine untuk mengubah sistem mesin diesel menjadi berbahan bakar gas juga masih terbatas. Sedangkan untuk membeli mesin baru yang bisa digunakan untuk dual fuel masih sangat mahal.
Untuk itu, INSA meminta pemerintah agar membuat kebijakan dan regulasi terkait retrofit kapal berbahan bakar ganda, mempersiapkan infrastruktur pengisian gas di pelabuhan, dan mendukung penyediaan kebutuhan alat konverter dalam negeri sehingga nilai TKDN industri pelayaran bisa meningkat.
Kegiatan RUA juga diisi dengan Focus Group Discussion dengan narasumber kompeten di bidangnya masing-masing, antara lain Sekditjen Hubla Lollan Panjaitan.
Carmelita berharap supaya INSA tetap solid, antar pengurus pusat dan cabang, antar pengurus dan anggota, antar sesama anggota INSA.
“Pandemi dan sejarah panjang INSA telah membuktikan, Hanya dengan soliditas, kita bisa kuat mengarungi ganasnya ombak industri pelayaran,” kata Carmelita.
RUA ke VIII ini juga bakal dilakukan pemilihan ketua umum. (**)