Ratusan kapal mengantre di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara, pada Selasa (9/1/2024). Puluhan kapal diantaranya merupakan kapal ‘tak bertuan’ yang sudah nongkrong di pelabuhan sejak tahunan lalu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Marine Traffic, sudah banyak pula kapal yang saat ini sudah sandar. Misalnya, CMA CGM Blue Whale, Seaspan Kyoto, Pontresina.
Ada juga kapal Hippo, NewSun Vission, Samir, Glan Coral, dan sebagainya.
Ratusan kapal diluar dam yang sedang berlabuh itu, ada yang sedang menunggu sandar, ada juga yang menunggu muatan, dan menunggu pelabuhan tujuan.
Penjaspel berharap kapal-kapal yang tak bertuan, dan sudah lebih dari lima tahun berada di pelabuhan Tanjung Priok supaya bisa dikeluarkan dari pelabuhan.
“Kalau perlu di scrapping, agar tempat bisa dimanfaatkan oleh kapal-kapal yang aktif berkegiatan di pelabuhan Tanjung Priok,” ujar Munif SH, koordinator pengguna jasa pelabuhan (Penjaspel) Tanjung Priok kepada Ocean Week, di markasnya, Tanjung Priok, Selasa.
Dia juga minta supaya, KSOP Tanjung Priok segera dapat memindahkan kapal-kapal yang sudah tak jalan tersebut.
“Jangan sampai kapal itu seperti kejadian beberapa tahun lalu, tenggelam dan waktu mau ditimbulkan memakan korban manusia,” ungkapnya.
Munif juga minta agar petugas Inaportnet bidang Lala untuk persetujuan LK3 ( laporan keberangkatan, kedatangan kapal), selalu standby. “Untuk piket malam ga ada di kantor, melainkan dilakukan dari rumah. Kami juga minta supaya perwira jaga di bidang Lala diberikan akses untuk dapat menyetujui LK3. Karena untuk malam hari karena tak ada perwira jaga untuk urusan LK3 saja bisa makan 1,2 jam, padahal semua kewajiban seperti bayar labuh sudah lunas,” ungkapnya.
Menurut dia, khususnya untuk kapal RoRo rute Priok ke pelabuhan tujuan, harus menyesuaikan dengan pasang surut alur pelabuhan.
“Kami minta supaya Pak KSOP (M. Takwin kepala KSOP-red) benar-benar memperhatikan hal ini, sehingga pelayaran tak dirugikan,” jelasnya lagi.
Munif juga menyampaikan bahwa Kepala KSOP pun harus bisa memindahkan kapal-kapal yang nongkrong tersebut. “Dari beberapa kepala Syahbandar di Priok tak ada yang sanggup menyelesaikan masalah ini,” katanya. (**)