Kemenhub perlu memperhatikan kondisi Wonreli di Kisar kabupaten Maluku Barat Daya, sebagai salah satu pelabuhan yang disinggahi kapal tol laut.
Saat ini dermaga di pelabuhan Wonreli rusak parah. Dermaga sepanjang 160 meter tersebut patah sepanjang 3 meter akibat dihantam gelombang besar beberapa tahun lalu.
Selain itu, fender maupun bolder pun sudah tidak ada, sehingga jika kapal masuk sandar untuk bongkar muat petikemas cukup berbahaya. Begitu pula dengan lampu penerangan di sekitar dermaga pun tidak ada lagi.
Karena itu, Kemenhub mesti segera membangun fasilitas di pelabuhan Kisar tersebut, supaya kegiatan kapal tol laut serta kapal perintis maupun kapal penumpang Pelni tidak mengalami kendala di lapangan pada saat sandar dan membongkar muatannya.
Pengamatan Ocean Week, Jumat pagi ini (19/7), aktifitas di pelabuhan Wonreli tampak lengang. Tak ada kapal penumpang maupun kapal tol laut, hanya ada sejumlah kapal ikan yang sedang menurunkan ikan hasil tangkapan nelayan.
Problem lain yang juga menjadi kesulitan bagi UPP disini yakni belum dimilikinya kapal patroli. Padahal kapal tersebut sangat dibutuhkan untuk bisa mengontrol dan mengawasi pelabuhan yang menjadi wilayah kerjanya yang jumlahnya 9 pelabuhan. Dan itu dibenarkan Feri L, pelaksana harian UPP kelas III Wonreli, Kisar.
Seperti diketahui, Tol laut untuk pelabuhan ini memang sangat dibutuhkan. Itu pun dinyatakan oleh Camat Kisar Yafet Lelatobur. “Tol laut masih sangat dibutuhkan di Kisar ini, karena dengan masuknya kapal tol laut, harga-harga barang bisa dikendalikan, tidak mahal,” katanya kepada Ocean Week, Kamis (18/7), di Kisar.
Memang, ungkap Yafet, kendala di wilayah ini adalah jaringan komunikasi yang sulit. “Makanya kami pun mohon supaya hal ini juga menjadi perhatian pemerintah pusat,” ujarnya.
Pada Kamis kemarin, ketika tim Hubla yang dipimpin Hasan S, kepala seksi tramper dan pelayaran rakyat, dan kepala dinas perdagangan Maluku Barat Daya Edward Body Davidz serta Camat Kisar Yafet melakukan rapat evaluasi tol laut di Kisar dengan para pengusaha daerah ini, sejumlah problem mengenai tol laut Kisar dikemukakan oleh para pengusaha.
Tetapi, sebenarnya setelah mereka diberi penjelasan dan informasi oleh Hasan S, para pengusaha tersebut, menjadi maklum. “Jadi tol laut kalau begitu masih sangat dibutuhkan disisni. Karena tarifnya juga murah,” kata Oyong, salah satu pengusaha di Kisar.
Para pengusaha pun mengucapkan terimakasih kepada pemerintah (Hubla) atas informasi yang diberikan kepadanya.
Sebagai misal saja bahwa mereka selama ini tak pernah menerima informasi soal schedule kedatangan kapal tol laut ke Kisar. Padahal, menurut Hasan S, dalam kontrak antara Hubla dengan operator, informasi tersebut menjadi tanggung jawab operator untuk mensosialisasikannya.
Akibat minimnya informasi yang diperoleh para pengusaha, sehingga mereka pun terkesan dimanfaatkan pihak Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) dalam penentuan tarif angkutnya. Misalnya dari Surabaya ke Kisar, JPT ada yang menawarkan tarif antara Rp 15 sampai Rp 20 juta per petikemas.
Dari obrolan Ocean Week dengan beberapa pengusaha di Kisar, sebenarnya sangatlah sederhana permintaan mereka yakni jangan lagi ada keterlambatan kapal. Mengingat dengan kapal terlambat, dampaknya biaya jadi tinggi, dan itu berpengaruh terhadap harga barang.
Memang, problem bagi kapal tol laut di Kisar adalah belum adanya muatan balik yang bisa dibawa ke daerah lain. “Paling hanya bawa kontainer kosong,” ungkap Alan dari pelayaran Mentari, operator tol laut T12.
Namun, informasi yang diperoleh ocean week, bahwa dermaga sudah akan dibangun, kemudian kapal patroli juga sudah disiapkan yang dalam waktu tak lama akan diserahkan.
Sementara di Moa, pelabuhannya tidak ada masalah, hanya saja untuk mendukung kelancaran kapal tol laut, perlu dibangun lapangan penumpukan kontainer, kemudian perlu ada tronton, sehingga aktifitas bongkar muat kontainer lancar.
Moa dan Kisar dengan total jumlah penduduk berkisar 80 ribu orang sangatlah banyak memerlukan barang kebutuhan sembako, apalagi khusus di Moa yang saat ini sedang membangun, dipastikan perlu barang-barang material seperti semen, maupun bahan bangunan lainnya. (**)