Pelaku usaha di pelabuhan Cirebon berharap kapal petikemas domestik bisa dilayani melalui pelabuhan ini, sebagaimana yang pernah diungkapkan pihak Pelindo Regional 2 Cirebon tahun lalu bahwa akan ada rute Cirebon-Pontianak menggunakan petikemas.
Namun, realitasnya hingga saat ini rencana itu belum juga berjalan.
Salah satu pebisnis di pelabuhan Cirebon yang juga mantan Ketua DPC INSA Cirebon Agus Purwanto, kepada Ocean Week menyampaikan jika angkutan petikemas domestik melalui pelabuhan Cirebon belum ada. “Belum ada,” ujarnya singkat saat ditanya, melalui WhatsApp nya, Rabu sore.
Agus sebenarnya juga memimpikan kapan pelabuhan ini bisa kembali melakukan aktifitas petikemas. Sebab, pada era tahun 1990-an, pernah ada kapal Djakarta Lloyd melakukan angkutan petikemas dari pelabuhan ini ke Singapura.
Agus juga mengatakan kalau kegiatan di pelabuhan Cirebon masih berjalan dengan baik.
Meskipun data mencatat, volume bongkar muat di pelabuhan Cirebon turun sekitar 15,3% dari 240.450 ton pada 2023 menjadi 203.661 ton di 2024.
Sunarno dari Pelayaran Tresnamuda Sejati mengatakan kalau sampai sekarang angkutan petikemas belum ada di pelabuhan Cirebon. “Rencana oleh Pelindo Cirebon untuk petikemas sudah cukup lama, tapi sampai saat ini belum ada,” ujarnya.
Menurut Nano (panggilannya), fasilitas pelabuhan Cirebon untuk petikemas masih kurang. “Saya pernah ajak pihak WAN Hai ke pelabuhan Cirebon, tapi mereka nggak ada tanggapan,” ungkap Nano.
Pelaku usaha khawatir penurunan itu berdampak pada aktivitas ekonomi di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Seperti diketahui bahwa Pelindo Regional 2 Cirebon sedang mematangkan rencana pelabuhan Cirebon, untuk menyediakan layanan peti kemas antarpulau. Layanan itu diharapkan mampu mengurangi biaya logistik, sekaligus mengurangi kepadatan di jalan raya.
Manager Komersial dan Kepatuhan Bisnis PT. Pelindo Regional 2 Cirebon, Bombom Cepi Nugraha mengatakan, jika pihak Pelindo Cirebon masih menunggu sampai jumlah barang yang akan diangkut menggunakan petikemas memenuhi.
“Belum ni mas, jumlah cargo nya masih kurang, baru ada beras dan general cargo, itu pun baru sekitar 500 ton, minimal ada cargo 2000 ton mah, baru mau saya usulkan ini petikemas,” ujar Bombom menjawab Ocean Week mengenai hal itu, lewat WhatsApp, Kamis pagi.
Bombom juga pernah mengungkapkan, saat ini pelabuhan Cirebon masih melayani curah kering berupa batubara, pasir, dan garam, CPO minyak, aspal cair, barang kargo pembangunan, dan tepung terigu.
Sebenarnya Cirebon memiliki potensi hasil produk dari perusahaan lokal di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) seperti meubel dan barang lainnya.
Selama ini pengiriman barang produksi itu masih mengandalkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta atau Tanjung Emas, Semarang.
Pengusaha di Ciayumajakuning berharap Pelabuhan Cirebon dapat menjadi pintu ekspor mereka. Karena dengan ekspor dari pelabuhan Jakarta atau Semarang membuat pengusaha harus menanggung biaya ekstra.
Sayang, pelabuhan ini juga mengalami masalah sedimentasi, sehingga kapal besar tak bisa leluasa berkegiatan disini. (***)