Bisnis Logistik menjadi salah bagian penting dari mata rantai pasok transportasi. Indonesia merupakan negara besar dan menjadi pasar potensial bagi pereknomian dunia. Bagaimana usaha logistik Indonesia kedepan. Mampukah Republik ini meningkatkan performanya dimata dunia. Bagaimana mengantisipasi globalisasi di sektor ini pada masa mendatang. Apa pula yang akan terjadi untuk usaha logistik ini di 2019 yang akan datang. Berikut obrolan singkat Ocean Week dengan Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) yang juga Chairment ASEAN Freight Forwarder Association (AFFA), Senin pagi (24/12).
Bagaimana kondisi dan situasi usaha logistik nasional ?
Sebagaiman pernah saya sampaikan posisi ASEAN saat ini merupakan kekuatan ekonomi ke 3 di Asia setelah Cina dan India, bahkan di dunia Asean urutan no 6. Berbagai survey menyampaikan bahwa Asean akan masuk no 4 kekuatan ekonomi di dunia dalam waktu 10 tahun ke depan.
Maksudnya ?
Artinya akan banyak pergerakakan barang di wilayah Asean. Pertanyaannya apakah Indonesia bisa menikmati pasar yang besar ini atau hanya menjadi target pasar saja. Kita harus menjadi Bangsa yang mempunyai nilai tambah karena nilai tambah itu bukan sekedar bicara pelabuhan dan moda transportasinya, tetapi mata rantai pasoknya (supplychain). Tahun 2018 ini ada beberapa catatan yang perlu disampaikan Logistics Performance Index (LPI) mengalami perbaikkan dari urutan ke 63 menjadi ke 46, tetapi di Asean kita mengalami penurunan dari urutan ke 4 tahun 2016 dan tahun 2018 menjadi no 5.
Jadi ?
Artinya negara kita sudah kerja keras, namun negara tetangga kita bekerja lebih keras lagi. Berdasarkan fakta diatas tersebut, tahun 2019 kita harus lebih baik saja. Tidak cukup hanya dengan pertumbuhan logistik akan naik. Bagaimana kita bisa menikmati kue besar itu. Tahun ini biaya logistik nasional mengalami perbaikkan dari 23,7% tahun 2017 dan dengan selesainya pembangunan infrastruktur diperkirakan tahun di 2018 ini menjadi 22,9 % dan pertumbuhan logistik Indonesia di 9,6 %, kenaikan terbesar di Cargo udara sebesar hampir 15%. Walau tentunya kami masih menunggu perhitungan diatas sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 ini.
Prediksi di 2019 ?
Prediksi tahun 2019 ini kita harapkan bersama tentunya bisa lebih baik walau ada beberapa catatan seperti Trade War antara Amerika dan Cina. Lalu kondisi keuangan global dan kita masuk pada tahun politik. Itu yang perlu juga kita cermati. Dengan dasar diatas kita memperhitungkan pertumbuhan dan belanja Logistik tahun depan lebih konservatif. Kita juga berasumsi pertumbuhan tahun depan (2019) diperkirakan 9,8 % – 10,3 % beberapa faktor diatas tentunya akan mempengaruhi.
Bagaimana mengantisipasinya ?
Kita sering melalukan seminar dan rapat-rapat pemerintah dan swasta, tapi belum cukup hal ini menaikkan daya saya saing kita di ASEAN. Ada paket deregulasi, ada Permen yang baik tapi belum diimplementasikan atau otomalisasikan.
Harusnya ?
Optimalisasikan. Kita harus bisa bekerjasama atau berkolaborasi, melihat kekurangan masing-masing. Dan usulkan kepada pemerintah sebagai rencana kerja di bidang logistik.
Harapan Anda ?
Harapanya secara jangka panjang kita bisa masuk dalam 30 besar di LPI dan 3 besar di ASEAN. Secara jangka pendek kita memerlukan blue print baru di bidang logistik. Kalau kita mau bersaing dan sebetulnya hal ini sering disampaikan oleh Presiden kita (Presiden Jokowi-red). (rs/**)