Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri meminta pemerintah agar fokus membangun infrastruktur maritim yang salah satunya lewat tol laut. Karena dampak pembangunan infrastruktur tol laut dinilainya lebih signifikan kepada harga logistik lantaran Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan konektivitas antar pulau.
“Tentu saja, pembangunan ini tanpa mengesampingkan pembangunan infrastruktur di darat,” kata Faisal, di Jakarta baru-baru ini.
Bahwa tol laut, diklaim oleh Menhub Budi Karya Sumadi, sudah mampu menurunkan cost logistik. Harga barang di daerah-daerah di Indonesia pun sudah tak jauh beda. Bahkan khusus harga premium sudah satu harga.
Meski begitu, Faisal tetap mengkritik dan menilai kalau kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia yang dibilangnya lebih rendah dari China, Malaysia, Singapura, dan Thailand mengindikasikan jika Indonesia belum memiliki infrastruktur laut yang mumpuni.
Faisal mengungkapkan, survei dari Word Economic Forum 2016 terkait infrastruktur pelabuhan tersebut menunjukkan pembangunan belum mampu mendorong distribusi logistik di Indonesia. Harga logistik pun belum bisa berkompetisi dengan negara lain.
“Indonesia kalau membangun infrastruktur jangan tiru China, kalau China membangun kereta cepat jangan tiru kereta cepat. Jangan tiru Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kita ini negara maritim,” ungkap Faisal.
Tidak hanya rendah dibandingkan China, Malaysia, Singapura, dan Thailand, ranking infrastruktur pelabuhan di Indonesia juga lebih rendah ketimbang negara-negara di Asia Timur dan Asia Pasifik. “Ongkos logistik di Indonesia tercatat sebesar 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” ujarnya lagi.
Jumlah itu, kata Faisal, lebih besar ketimbang Vietnam sebesar 20 persen, Thailand sebesar 15 persen,dan China sebesar 14 persen. Sedangkan Malaysia dan Filipina sebesar 13 persen dari PDB. (cnni/ow/**)