Pembangunan Terminal Multi Purpose dan Fasilitas Pendukung di Pelabuhan Kuala Tanjung sudah mencapai 90%.
Dalam keterangan tertulisnya, Sekretaris Perusahaan Waskita Karya, Shastia Hadiarti, menyatakan progres pekerjaan 90% itu meliputi pekerjaan laut antara lain Trestel Pile Slab sepanjang 646 m, Trestel Girder sepanjang 632 m, dan Jetty sepanjang 250 m.
“Sedangkan untuk pekerjaan disisi darat yang dikerjakan antara lain Container Yard, Ros & Workshop, Substansion 2, Rumah Pompa Air Bersih, Pre Gate & Main Gate. serta Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal,” katanya, di Jakarta.
Dalam pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung, Waskita Karya sebagai kontraktor pelaksana yang merupakan anggota konsorsium PP – Waskita (KSO) dengan pembagian pekerjaan sesuai porsi yaitu 55% untuk PP dan 45% untuk Waskita.
“Pembangunan Terminal Multi Purpose dan Fasilitas Pendukung di Pelabuhan Kuala Tanjung diperoleh Waskita Karya pada tahun 2015 dengan nilai kontrak Rp1,094 triliun dan ditargetkan selesai pada bulan Maret 2018 ini,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pembangunan Terminal Multi Purpose dan Fasilitas Pendukung di Pelabuhan Kuala Tanjung dikelola dan dibangun oleh PT Prima Multi Terminal, perusahaan yang kepemilikan sahamnya oleh PT Waskita Karya, PT Pelindo I, dan PT PP.
Sebelumnya, Direktur Kepelabuhanan Kemenhub Chandra Irawan mengatakan, keikutsertaan perusahaan pelabuhan asal Belanda Port of Rotterdam membangun Kuala Tanjung tahap dua masih menunggu feasibility study.
“Studi kelayakan yang sudah ada akan dikaji ulang, untuk diperbaharui oleh Port of Rotterdam, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) I dan PT Sarana Multi Infrastruktur,” katanya.
Dari enam skenario yang ada dalam studi kelayakan pertama, ada satu skenario yang akan dibahas lagi. Skenario tersebut di antaranya pendanaan dari Pelindo, pemerintah atau bantuan dari luar negeri.
“Sudah membuat hasil enam skenario, cuma dari enam ada satu yang memungkinkan akan dibahas lagi.Sekarang yang dibahas skenario yang macam-macam, financing dari Pelindo, Pemerintah, ada yang dapat bantuan, harus dengan multilatteral,” jelas dia.
Sedangkan kepastian keterlibatan Port of Rotterdam dalam menggarap pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung tahap dua, menurut Chandra masih menunggu penyelesaian studi kelayakan. (***)