Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Elfien Guntoro menyatakan perseroan mesti mengkaji lagi pembelian tiga unit kapal dari perusahaan asal Jerman, Meyer Werft GmbH karena harganya dinilanya terlalu mahal. Padahal, nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) sudah ditandatangani kedua perusahaan setahun lalu.
“Meyer menawarkan kapal dengan harga 70 juta euro per unitnya. Tapi, Pelni hanya mampu membayar kapal seharga 50 juta euro. Memang kapalnya bagus. Terlalu bagus bahkan, ibaratnya seperti mobil Mercedes Benz dipakai angkot kan kapalnya harusnya bukan kapal itu,” katanya kepada pers, di Jakarta.
Kapal-kapal itu, menurut Dirut Elfien, direncanakan digunakan untuk melayani rute Jakarta-Makassar-Bau Bau-Ambon-Sorong. Dan kapal itu juga direncanakan pula untuk mengganti kapal-kapal yang sudah tidak efisien dan tidak ekonomis.
“Kami berharap kapal itu bisa memiliki fungsi pengangkutan barang dan penumpang penumpang (multi purpose),” ujarnya.
Catatan Ocean Week, Pelni dan Meyer Werft telah menandatangani MoU pada 18 April 2016 lalu dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Pelni memiliki 28 unit kapal penumpang dan empat unit kapal barang yang melayani 91 pelabuhan tersebar di seluruh Indonesia.
Elfien Guntoro menambahkan, kalau negosiasi dengan Meyer tak ada sepakat, Pelni bisa saja membatalkan kerja sama, dan kemudian mencari yang lebih murah. “Kami coba galangan dari negara lain atau kerja sama dengan galangan dalam negeri supaya kapal yang diperoleh masih memenuhi standar spesifikasi segala macam, tapi tetap feasible dioperasikan di Indonesia,” ungkapnya. (***)