Sebanyak tiga juta ton per tahun sudah dapat dihandle melalui pelabuhan Rembang (terminal Sluke). Meskipun pemerintah kabupaten Rembang menginginkan bongkar muat barang lewat pelabuhan ini bisa mencapai 7 juta ton per tahun.
“Letak geografis pelabuhan Rembang sangat bagus. Kedalamannya alami bisa mencapai 7 sampai -10 meter. Potensi barang yang melalui pelabuhan ini ada batubara (bongkar) dan batu split, batu gamping, garam (muat) cukup besar, tinggal bagaimana mengolah potensi tersebut,” kata Edi Handoyo, Kabag Perekonomian Kabupaten Rembang, kepada Ocean Week, Kamis (24/9), di Rembang.
Menurut Edi, pemerintah pusat juga telah mendukung pengembangan pelabuhan Rembang Terminal Sluke. “Namun untuk pengembangannya, masih dalam proses. Padahal, dana sudah tersedia, karena ada investor dari Perancis yang berminat bekerjasama untuk membangun pelabuhan Rembang. Tapi menunggu konsesinya dulu,” ujarnya bersemangat.
Edi pun mengaku sudah tak sabar untuk pelabuhan ini dapat dibangun. Mengingat, potensinya yang cukup besar. Makanya, pihaknya terus berdaya upaya supaya pemberian konsesi oleh Kementerian Perhubungan segera diwujudkan. “Mudah-mudahan tahun 2020 ini bisa diberikan konsesinya,” ungkapnya.
Ditanya mengenai rencana Kemenhub menetapkan alur pelayaran di pelabuhan Rembang, Edi menyatakan jika hal itu merupakan hal yang positif. Sebab, dengan penetapan alur, kapal-kapal yang berkegiatan di pelabuhan Rembang akan lebih terjamin keamanan dan keselamatannya.
Sementara itu Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Rembang Fery Agus Satrio, mengiyakan kalau potensi perekonomian di Kabupaten Rembang dan sekitarnya cukup lumayan. Karenanya, kalau pelabuhan Rembang bisa dikembangkan, dibangun secara layak pasti dapat maju.
“Apalagi saya dengar akan ada investor yang sudah siap bekerjasama untuk membangun dan mengembangkan pelabuhan Rembang, positif sekali. Mestinya kalau ada masalah diselesaikan dengan hati, jangan menggunakan kekuatan (okol),” kata Feri Agus, Kepala Kantor UPP Rembang, saat melihat pelabuhan bersama Ocean Week, pada Kamis siang (24/9).
Menanggapi adanya rencana penetapan alur pelayaran pelabuhan Rembang, Feri mengaku hal itu untuk keselamatan pelayaran yang keluar masuk berkegiatan di pelabuhan menjadi lebih teratur.
Ketika Kamis siang lalu, Ocean Week melihat langsung kondisi pelabuhan Rembang, saat itu sedang ada satu tongkang bermuatan batubara tengah membongkar muatannya itu.
Beberapa truk tampak memasuki areal dermaga, mendekati bongkaran batubara untuk kemudian dimuat ke truk dan lalu dibawa ke tempat tujuan.
Kegiatan di Pelabuhan Rembang memang belum sepadat pelabuhan Marunda di Jakarta, tetapi jika dermaga-dermaga yang membentang luas di pelabuhan ini dibangun, bukan tidak mungkin pelabuhan yang dulu dikenal dengan nama Tanjung Bonang ini, bakal menjadi salah satu pelabuhan andalan di Jawa Tengah, selain Tanjung Emas Semarang.
Apalagi jika potensi garam dan kapur di wilayah ini digarap dengan sungguh-sungguh, dan mampu dipasarkan ke luar Rembang, dipastikan pelabuhannya pun akan ikut ramai.
Dengan potensi yang dimiliki kabupaten Rembang dan sekitarnya itulah yang kemudian mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang tidak sabar segera mewujudkan pelabuhan Rembang Terminal Sluke sebagai pelabuhan bukan saja pengumpan, tapi juga pengumpul.
“Memang masih ada hal yang harus segera diperoleh yakni konsesi. Karena begitu konsesi nya didapat, investor langsung akan membangun pelabuhan Rembang, dananya sekitar Rp 1,5 triliun sudah siap,” kata Edi Handoyo.
Apa yang dikemukakan Edi Handoyo dibenarkan Sumirat Cahyo, Komut PT BUMD RBSJ, pemegang saham BUP Pelabuhan Rembang Kencana (PRK).
“Kami memang fokus untuk mendapatkan konsesi pelabuhan Rembang. Dan BUP PRK sudah mengajukan semua yang dipersyaratkan oleh pemerintah (Kemenhub). Mudah-mudahan tahun 2020 konsesi sudah diberikan oleh Kemenhub,” ungkap Sumirat, di kantornya, Kamis.
Sumirat yang didampingi Arif Budiman (direktur utama BUMD RBSJ) mengungkapkan akan selalu melakukan yang terbaik untuk pelabuhan Rembang.
“Kami akan selalu mensupport kemajuan pelabuhan Rembang, agar masyarakat Rembang dapat merasakan dampak dengan keberadaan pelabuhan ini,” kata Arif menambahkan.
Klaster Inovasi
Sementara itu, Dirut PT Pelabuhan Rembang Kencana Mindo Sitorus, menceritakan kepada Ocean Week kalau PT Pelabuhan Rembang Kencana telah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait rencana kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pengembangan Klaster Inovasi Rembang di Pelabuhan Rembang.
Informasi inipun dibenarkan Edi Handoyo dan Sumirat saat keduanya menerima Ocean Week di Kantornya, di Rembang, Kamis lalu.
“Kami sangat mendukung Pelabuhan Rembang dijadikan klaster inovasi oleh Kemenristek/BRIN, mengingat Kabupaten Rembang memiliki potensi sumber daya alam berupa kapur dan garam yang belum diolah secara optimal,” ucap ketua ABUPI Jawa Tengah ini.
Mindo juga mengemukakan jika pada Desember 2019 lalu, pihaknya telah melakukan penandatanganan kerjasama untuk pembangunan dan pengembangan pelabuhan Rembang. “Kami telah menandatangani joint operation agreement dengan Soletanche Bachy International dari Vinci Group, sebuah perusahaan konstruksi berskala internasional asal Perancis yang sangat berpengalaman dalam pembangunan pelabuhan,” ujar Mindo.
Kegiatan di pelabuhan Rembang Terminal Sluke. (**)Menurut Mindo, investor sudah menyiapkan dana sebesar 100 juta euro atau sekitar Rp1,55 triliun untuk biaya pengembangan pelabuhan Rembang dan Kendal.
Mindo maupun Edi Handoyo secara terpisah mengatakan bahwa pilot project klaster inovasi di Rembang akan dipimpin oleh BPPT yang telah melakukan penelitian mendalam tentang pengolahan kapur dan garam sehingga memiliki nilai tambah tinggi dalam bentuk komoditas yang siap pakai.
Mindo menegaskan keberadaan pelabuhan akan membantu meningkatkan kemudahan keluar masuk bahan baku maupun produk jadi dari industri-industri yang berkembang di Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
Jadi, mereka yang berhasil Ocean Week temui, semua menginginkan supaya pelabuhan Rembang dapat segera dikembangkan dan dibangun. Apalagi dananya sudah tersedia, mereka berharap Kemenhub secepatnya dapat mengeluarkan konsesi kepada BUP yang menjadi operator pelabuhan Rembang, agar investor yakin dalam mengembangkan dan membangun pelabuhan ini. Sebab pelabuhan yang memiliki potensi ini bakal meramaikan kegiatan perekonomian di Pantura Jawa Tengah. “Semoga tahun 2020 ini konsesi sudah dikeluarkan oleh Kemenhub,” pinta mereka. (***)