“Kenapa kapur dan garam mesti impor. Padahal di Rembang memiliki kandungan sumber daya yang melimpah untuk itu,” ungkapnya.
Mindi menceritakan bahwa kegiatan pilot project klaster inovasi di Rembang akan dipimpin oleh BPPT yang telah melakukan penelitian mendalam tentang pengolahan kapur dan garam sehingga memiliki nilai tambah bagi komoditas yang siap pakai.
“Dari sini diharapkan bisa mendorong munculnya komoditas-komoditas lain sebagai output dari industri yang menggunakan kapur dan garam sebagai bahan baku atau bahan pembantu,” kata Mindo.
Adanya potensi tersebut, dipastikan membutuhkan pelabuhan sebagai sarana pendukungnya.
“Keberadaan pelabuhan akan membantu meningkatkan kemudahan keluar masuk bahan baku maupun produk jadi dari industri-industri yang berkembang di Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya. Dengan demikian kami bisa berkontribusi dan membantu pemerintah menjadi bangsa yang lebih mandiri dengan mengurangi ketergantungan impor kapur dan garam pada umumnya, dan membantu Pemkab Rembang dalam meningkatkan perekonomian daerahnya melalui kerja sama swasta dengan pemerintah,” urai Mindo.
Seperti diketahui bahwa baru-baru ini ABUPI menggelar diskusi secara virtual. Kegiatan ini menjadi agenda tahunan organisasi. Tahun sebelumnya kegiatan digelar secara tatap muka, dan dilakukan di berbagai daerah. Namun, karena saat ini sedang menghadapi pandemi covid 19, kegiatan diskusi dilakukan secara virtual. (**)