Masihkah Direksi PT Pelindo II memaksakan PT Jasa Armada Indonesia (JAI), anak usahanya, tetap akan melakukan penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offering) di bursa saham pada Oktober 2017 mendatang sebagaimana pernah dinyatakan Elvyn G. Masassya, Dirut PT Pelindo II beberapa waktu lalu.
Karena saat ini, perseroan yang tadinya menangani total bisnis penundaan dan pemanduan kapal di pelabuhan ini, mulai dipreteli kekuatannya, dan kemudian diambil-alih kekuasaannya oleh PT Pelindo II sendiri.
Lain soal dengan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) yang juga direncana akan IPO. Sebab, perseroan ini lebih mapan dan memiliki prospek yang jelas.
Sebuah perseroan masuk ke bursa saham untuk mencatatkan di ruang publik ini pastilah memiliki prospek strategis bisnis yang sangat menguntungkan bagi calon pembeli saham. Nach, kalau bisnis utama dari JAI sekarang sudah ‘banci’, apa lagi yang menarik untuk dapat ditawarkan ke publik.
Banyak pelaku bisnis pelayaran yang menanyakan, apa sebenarnya yang dimaui direksi Pelindo II. Karena sebenarnya, bagi pelayaran, meraka (pelayaran-red) tidak memusingkan apakah JAI mau listing ke bursa atau tidak.
“Yang penting bagi kami (pelayaran-red) service pandu dan tunda untuk kapal di pelabuhan tak ada masalah dan lancar-lancar saja. Itu yang utama. Apakah pengelolaannya oleh siapa, kami juga tak begitu memusingkan,” kata Capt. Alimudin, Ketua DPC INSA Tanjung Priok, kepada Ocean Week, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Jadi, sekali lagi, apa sebenarnya yang diinginkan Pelindo II. Kalau JAI mesti ditutup, bagaimana dengan sekitar 900 karyawannya. “Jangan sampai perseroan ini bagai ibarat pepatah, dilepas kepalanya tapi masih dipegang buntutnya”.
Padahal, segala sesuatu termasuk bisnis akan berhasil jika ditangani oleh ahlinya. Karena pandu, jika tidak dipelihara dengan baik, dan tidak ada ‘sosok’ yang disegani, dipastikan akan mempengaruhi kinerja layanannya. Dan kondisi itu sekarang ini sedang melanda pandu di Pelindo II.
Oleh sebab itu, tidak sedikit pelaku usaha yang menyayangkan keputusan direksi Pelindo II yang mengobok-obok tata kelola pandu-tunda yang tadinya sudah bagus ditangani JAI.
Kalau kita lihat dari sisi operasional sektor ini, hampir setiap hari dikomplain oleh pelayaran, khususnya di pelabuhan Priok.
Satu lagi pertanyaan yang juga sering banyak kalangan pingin tahu adalah jika pandu-tunda tak lagi di-manage oleh JAI dan diserahkan ke Cabang-cabang Pelindo II, PT JAI mau dikemanakan?. Apakah JAI dilepas bebas untuk masuk ke TUKS, dan bertarung kesempatan merebutkan kegiatan ini, termasuk di pelabuhan umum, atau bagaimana?. Ini yang kemungkinan sampai sekarang belum jelas, karena JAI toh sudah memiliki BUP. Artinya JAI pun bisa mendapat kesempatan mengelola pelabuhan maupun tunda-pandu sendiri.
Karena itu, tunggu saja, kebijakan apa yang akan diambil direksi Pelindo II, apakah JAI ditutup atau tetap dibiarkan untuk menentukan nasibnya sendiri. (***)