Ada lima pelabuhan di provinsi Bangka Belitung (Babel) mengalami pendangkalan alur Pelayaran kapal.
Kelima pelabuhan itu, yakni Pelabuhan Pangkal Balam di Kota Pangkalpinang, Kurau di Kabupaten Bangka Tengah, Sadai Bangka Selatan, Jelitik Bangka dan Tanjungpandan di Kabupaten Belitung.
Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Syafrizal ZA menyatakan pendangkalan itu sebagai dampak penambangan bijih timah di laut.
“Tipologi pelabuhan kita mudah mengalami pendangkalan, sehingga dapat menghambat keluar masuk kapal barang dan penumpang,” kata Syafrizal ZA di Pangkalpinang, Sabtu, dikutip dari Antara.
Syafrizal menyampaikan bahwa alur Pelayaran di pelabuhan-pelabuhan itu perlu dilakukan pengerukan, dan untuk itu perlu proses lama, makanya butuh tindakan darurat untuk pengerukan.
“Saat ini baru di Pelabuhan Tanjungpandan, Sadai dan Jelitik yang dalam proses amdal untuk mengeruk alur pelayaran kapal, sementara pelabuhan lainnya belum,” katanya.
Dia mengatakan pelabuhan di Kepulauan Babel ini mudah mengalami pendangkalan, karena aktivitas penambangan bijih timah di laut dan arus sungai dari hulu yang membawa material pasir dan lumpur.
“Ini sudah berlangsung lama, sehingga material pasir, lumpur dari hulu dan hilir menumpuk di alur pelayaran kapal di pelabuhan daerah ini,” ungkapnya.
Menurut dia, dalam mengeruk alur pelabuhan ini diperlukan tindakan darurat, karena jika melalui jalur biasa atau prosedur berlaku membutuhkan waktu satu tahun mengurus izin dan lainnya.
“Dalam mengurus izin pengerukan ini minimal membutuhkan waktu enam hingga delapan bulan. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan darurat untuk mengeruk pelabuhan ini,” ujar Syafrizal.
Dua pelabuhan yang beberapa waktu lalu Ocean Week kunjungi yakni Pangkal Balam di Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan di Belitung.
Beberapa pelaku usaha pelayaran mengeluhkan alur pelayaran di kedua pelabuhan tersebut yang kian dangkal. Sehingga kapal bisa beraktivitas menunggu air pasang. “Itu saja yang bisa kami lakukan selama ini. Siang air surut, kapal nggak bisa keluar masuk, bisa kandas,” ungkap Eko Supriyadi, Ketua DPC INSA Bangka yang juga Kepala Cabang pelayaran BJL.
Eko juga sudah berulang kali minta agar alur pelayaran pelabuhan Pangkal Balam dikeruk, namun sampai saat ini belum juga dilakukan. (***)