Kinerja emiten pelayaran masih diselimuti berbagai masalah dari hari ke hari, bulan ke bulan. Bahkan dari awal tahun hingga berakhirnya kuartal III-2018, kinerja emiten pelayaran juga masih belum memuaskan.
Sebut saja PT Trada Alam Minera (TRAM), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Logindo Samudra Makmur Tbk (LEAD), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), dan PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL).
TRAM mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 962% menjadi US$ 173,27 juta pada sembilan bulan pertama 2018 dari US$ 16,13 juta pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Namun, kenaikan signifikan tersebut tidak sesuai dengan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang hanya berkisar US$ 6,65 juta. LEAD mengalami rugi US$ 6,63 serta WINS yang juga mengalami kerugian US$ 7,45 juta.
Mino, Analis Indo Premier Sekuritas, mengatakan, secara umum prospek bisnis pelayaran masih belum begitu bagus karena pemulihan pertumbuhan ekonomi baik lokal maupun global berjalan pelan.
Disisi lain biaya naik lebih cepat (harga minyak naik membuat harga bahan bakar kapal naik). “Untuk pergerakan saham emiten di sektor ini juga dalam trend bearish, kecuali PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) sehingga belum menarik untuk di koleksi,” kata Mino, seperti dikutip dari Kontan, Rabu (7/11).
Menurut Mino, penyebab pertama karena kenaikan biaya lebih tinggi dari kenaikan pendapatan, dimana porsi beban ini antara 65% sampai dengan 99% dari penjualan perusahaan. Kedua karena adanya kenaikan biaya bunga yang cukup tinggi untuk SOCI.
“Untuk kinerja keuangan di kuartal III-2018 yang cukup bagus hanya TRAM dan LEAD, terutama kalo kita lihat dari perkembangan laba bersihnya. Sementara BULL yang baru dilaporkan kinerja kuartal I-2018,” kata Mino.
Perang dagang dan naiknya harga minyak menjadi penyebab utama kinerja emiten pelayaran yang diperkirakan memiliki peluang mereda di akhir tahun. “Pertumbuhan ekonomi global akan memperbaiki kinerja mereka,” kata Mino.
Senada, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan jika permasalahan emiten pelayaran masih terkait dengan kontrak kerja dan kenaikan harga minyak yang menyebabkan beban operasional juga meningkat.
“Emiten pelayaran sebagian mengalami penurunan pendapatan dan adanya imbas kenaikan harga minyak membuat biaya bahan bakan juga ikut naik sehingga membebani mereka,” kata Reza.
Sementara itu, analis Panin Sekuritas William Hartanto, mengungkapkan kinerja emiten pelayaran masih dihadapkan dengan kenaikan harga minyak. “Kinerja emiten pelayaran berpotensi lesu akibat perang dagang. Selain itu harga komoditas juga menunjukkan sinyal akan menurun secara teknikal. Ini akan menjadi penghambat utama bisnis mereka, yang akan berujung pada penurunan kinerja keuangan akhir tahun,” kata William.
Hingga akhir kuartal III-2018, LEAD meraup pendapatan US$ 20,22 juta pada sembilan bulan pertama tahun ini, turun tipis 0,39% ketimbang periode yang sama tahun lalu US$ 20,30 juta. Kerugian Logindo pun berkurang hingga 17,12% menjadi US$ 6,63 juta dari tahun lalu sebesar US$ 8 juta..
WINS pun mencatat kinerja yang lebih baik ketimbang tahun lalu. Pada periode Januari-September tahun ini, Wintermar meraup pendapatan US$ 50,11 juta, tumbuh 13,99% ketimbang periode yang sama tahun lalu US$ 43,96 juta. Kerugian emiten pelayaran ini pun turun 23,27% menjadi US$ 7,45 juta ketimbang tahun lalu US$ 9,71 juta.
SOCI meraup pendapatan US$ 94,98 juta, turun 5,83% ketimbang periode Januari-September 2017. Laba bersih Soechi Lines pun merosot 58,50% menjadi US$ 6,81 juta dari sebelumnya US$ 16,41 juta.
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk mencatat perbaikan kinerja pada sembilan bulan pertama tahun ini. HITS meraup pendapatan US$ 59,37 juta, naik 16,26% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Laba bersih HITS pun melonjak 110,7% menjadi US$ 10,24 juta.
SMDR mencetak pendapatan terbesar jika dibandingkan dengan emiten lain. Samudera Indonesia meraup pendapatan US$ 357,97 juta, tumbuh 13,04% ketimbang sembilan bulan pertama tahun lalu US$ 316,67 juta. Laba bersih SMDR naik 0,92% menjadi US$ 6,54 juta.
Juan Harahap, Analis Artha Sekuritas mengatakan kinerja bisnis pelayaran berbeda-beda karena emiten mempunyai bisnis berbeda, sebagai contoh LEAD dan WINS bergerak di bidang offshore support vessel (OSV). Kedua emiten ini mendukung kegiatan oil di laut lepas sementara BULL dan SOCI menyediakan tanker untuk membawa oil. “Untuk prospek OSV saat ini masih tertekan oleh rendahnya harga sewa kapal karena excess supply dari kapal,” kata Juan.
Namun, pada tahun 2019 diperkirakan akan terjadi peningkatan industri OSV lewat tarif sewa kapal. Karena selain dari aktivitas industri minyak yang sedang bergejolak yang menimbulkan demand tinggi, supply dari kapal ini akan berkurang akibat efek dari rendahnya tarif sehingga semakin sedikitnya pemain dari industri ini. Sehingga kesimpulannya industri OSV ini akan mulai bergairah pada tahun 2019.
Prospek BULL dan SOCI akan semakin baik seiring dengan meningkatnya aktivitas industri minyak di Indonesia. Apalagi Pertamina yang sekarang sudah banyak mengambil-alih konsesi dari pemain asing. Pertamina sudah membuka tender yang menandakan aktivitas industri minyak akan semakin menggeliat. “Untuk TRAM setau saya dia sudah beralih bisnis menuju mining coal dengan emiten tersebut mengakuisisi Gunung Bara Utama,” kata Juan
Juan menilai, sebaiknya untuk menunggu tahun 2019 jika ingin bermain di saham perlayaran. Sementara, menurut William saham yang masih menarik adalah SOCI dengan target harga tiga bulan ke depan Rp 150 dan SMDR dengan target harga Rp 306–Rp 310. (ktn/***)