Pelabuhan Batu Ampar di Batam akan terus dikembangkan, sistem layanan diperbaiki, berbagai fasilitas penunjang kegiatannya dibangun. Bahkan biaya pelayanan (logistik) di pelabuhan Batu Ampar akan dibuat lebih murah dibandingkan dengan pelabuhan Tanjung Priok.
Wapres Jusuf Kalla (JK) mengatakan hal itu, usai memimpin rapat koordinasi terkait pelabuhan Batam, di Kantor BP Batam, Selasa (2/4). Turut mendampingi JK, antara lain Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun, serta Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam Edy Putra Irawady.
“Target kita 250 (dolar AS) untuk biaya itu bisa dicapai, setidaknya tidak lebih mahal dibanding Tanjung Priuk, harus lebih murah dibanding Tanjung Priuk,” kata Jusuf Kalla, seperti dikutip Antara.
Wapres JK mengatakan selama ini operasional pelayanan di Pelabuhan Batu Ampar sangat tidak efektif, dengan membebankan biaya-biaya yang tidak diperlukan kepada pelaku usaha. Selain itu, kondisi peralatan dan fasilitas yang ada di Pelabuhan Batu Ampar juga tidak memadai sehingga biaya handling di Batam menjadi boros.
“Banyak biaya-biaya yang tidak perlu. Karena pelabuhan (Batu Ampar), kita bisa dibilang masih seperti situasi 20-30 tahun lalu, crane-nya masih biasa saja, masih ada gudang yang tidak digunakan lagi, juga biaya kontainer yang masih harus diperiksa di Singapura, sekarang minta diperiksa di Batam saja,” pinta JK.
Sebelumnya, pada Februari 2019 lalu, Wapres JK juga mengunjungi Batu Ampar. Waktu itu JK memperoleh keluhan dari sejumlah pengusaha terkait mahalnya biaya perjalanan kontainer dari Pelabuhan Batam.
Untuk kontainer 20 feet, dari Batam ke Singapura ongkosnya mencapai US$ 470 dengan waktu tempuh tiga jam. Biaya tersebut 88 persen lebih mahal dibandingkan pengiriman dari Jakarta ke Singapura yakni USD hanya 250 ukuran sama.
Sementara itu, PT Pelindo I menanamkan investasi senilai Rp 1,2 triliun untuk pengembangan Pelabuhan Batuamapar di Kota Batam, Kepulauan Riau.
Direktur Utama Pelindo I, Bambang Eka Cahyana mengatakan investasi itu untuk membeli peralatan dan perlengkapan demi efesiensi bongkar muat di pelabuhan yang berseberangan dengan Singapura itu.
Investasi dibagi dalam dua fase, jangka pendek dan jangka menengah. “Total investasi jangka pendek Rp 200 miliar dan jangka menengah Rp 1 triliun,” kata Bambang, Selasa (2/4) kepada Antara.
Untuk jangka pendek, Pelindo I akan membeli antara lain 3 unit harbour mobile crane dan 12 terminal tractor. Peralatan dan perlengkapan itu diharapkan sudah tiba di Batam dalam beberapa hari ke depan. Ia optimistis, dengan pengadaan alat-alat itu, maka produktifitas di pelabuhan akan meningkat dalam satu bulan terakhir.
Untuk jangka menengah, PT Pelindo 1 akan mendatangkan container crane yang dapat mengakomodir bongkar muat kapal besar. Bambang menyatakan dengan peralatan-peralatan tersebut, biaya logistik bisa turun. “Pelabuhan Batam bisa jadi modern, karena sekarang masih pakai ‘crane’ darat” kata dia.
Di tempat yang sama, Kepala BP Kawasan Batam, Edy Putra Irawady mengakui biaya logistik di Pelabuhan Batuampar relatif tinggi. Saat ini, Pelabuhan Batuampar masih menggunakan crane” dengan kapasitas kecil, sehingga pengerjaan bongkar muat menjadi lama.
“Sekarang dalam 1 jam, 5 box kargo. Kalau pakai ‘crane harbour mobile crane’, dalam 1 jam bisa 45 box kargo, sehingga kapal tak perlu nginap,” kata dia. (Ant/***)