Arus truk angkutan barang melalui penyeberangan Pelabuhan Bakauheni mulai meningkat sekitar 3%, terutama jelang Ramadhan. Jumlah truk menyeberang tercatat 1.959 unit (pada Rabu, 9/5) lalu, lebih banyak dibandingkan kondisi normal yang hanya 1.800 unit.
“Memasuki akhir pekan truk barang, mulai terlihat ada peningkatan sekitar 3 persen dari kondisi normal,” kata Humas PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) cabang Bakauheni Saifulillah Harahap, saat dikonfirmasi wartawan.
Sementara, ujar Saiful, untuk armada angkutan penumpang dan penumpang pejalan kaki, sejauh ini belum terlihat ada peningkatan. “Mungkin karena liburnya hari Kamis, jadi tidak banyak warga yang memanfaatkannya. Sebab, Jumat kembali masuk kerja. Tapi jika long weekend pada akhir pekan, biasanya ada peningkatan,” ungkapnya.
Pernyataan Saiful ini berbanding terbalik dengan omongan Ketua Umum Gapasdap Khoiri Soetomo. Menurut khoiri, sekarang ini penyeberangan Merak-Bakauheni tengah lesu. Bahkan, ada diantara kapal yang hanya mengangkut truk dan kendaraan pribadi yang bisa dihitung dengan jari. “Ada yang hanya membawa truk barang tidak lebih dari 10 unit, tapi karena harus berangkat ya nggak bisa menunggu, makanya banyak yang merugi,” ujarnya di Kantor Gapasdap.
Kondisi tersebut juga pernah Ocean Week alami ketika menumpang kapal Panorama Nusantara dari Bakauheni menuju Merak, di pertengahan bulan April lalu. Siang hari itu, kapal tersebut tampak lengang. Sekitar 20-an motor yang diangkut, dan tak lebih dari 10 truk, serta hanya ada beberapa mobil pribadi yang menumpang kapal itu.
Kata salah satu awak kapal Panorama Nusantara ke Ocean Week, sekarang memang sedang sepi. Bahkan kapal ini ketika berangkat dari Merak ke Bakauheni hanya mengangkut satu truk barang. “Banyak yang rugi, makanya kapal-kapal besar tidak jalan, karena tak seimbang antara pendapatan dan cost operasional yang dikeluarkan,” ungkap dia.
Menurut awak kapal tadi, sekali berlayar, kapal harus mengeluarkan cost sekitar Rp 40 juta. Jadi kalau pendapatannya tidak sampai sebesar itu, dipastikan merugi. Apalagi jika kapal dengan ukuran GT lebih besar, biaya BBM dan operasional lainnya akan lebih besar, sehingga saat ini banyak yang tidak dioperasikan. (***)