Pembangunan pelabuhan dengan draft 20 meter, untuk tujuan apa?. Apakah Tanjung Priok dan sekitarnya sudah memproduksi barang-barang ekspor yang volumenya sangat besar seperti China, dan apakah ada pabrik-pabrik baru dengan orientasi ekspor?. Apakah growth volume kita naik tajam secara konsisten.
Hal itu diungkapkan Asmari Heri Prayitno, pengamat kemaritiman nasional, kepada Ocean Week, Rabu pagi (21/8), menanggapi pernyataan Prof. Emil Salim yang mengungkapkan bahwa sebagai negara maritim, Indonesia harus mempunyai pelabuhan samudera dengan standar kedalaman minimal 20 meter. Pelabuhan yang bisa untuk sandar kapal-kapal besar itu harus segera dibangun agar Indonesia menjadi pusat poros maritim. Untuk wilayah perairan yang cocok untuk dibangun pelabuhan samudera ada di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sebagai praktisi di bidang pelayaran, Asmari juga mempertanyakan, harus jelas dulu apa yang dimaksud dengan Poros maritime, dimana perbedaanya dengan yang bukan poros maritime?. “Sedangkan pelabuhan samudera apakah saat ini Tanjung Priok belum dianggap sebagai pelabuhan samudera. Jadi walaupun dari profesor (Guru Besar Fak. Ekonomi UI, Prof. Emil Salim-red) mungkin beliau latah dan ikut-ikutan Pak Jokowi (Presiden RI) dengan istilah poros maritime. Kecuali sebutannya yang baru, saat ini apakah ada beda yang dirasakan dengan sebelum ada poros maritime,” ungkap Asmari bertanya.

Menurut Asmari, itu juga mirip-mirip idea-nya Presiden Jokowi dengan kapal tol laut ukuran 3000-an TEUs, mondar mandir dari Belawan-Batam-Jakarta-Makassar-Sorong, kapal sudah dibeli, muatan tidak cukup, pelabuhan tidak bisa maximal untuk melayani kapal besar.
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Emil Salim mengatakan, sebagai negara maritim, Indonesia harus mempunyai pelabuhan samudera dengan standar kedalaman minimal 20 meter. Pelabuhan yang bisa untuk sandar kapal-kapal besar itu harus segera dibangun agar Indonesia menjadi pusat poros maritim.
“Untuk wilayah perairan yang cocok untuk dibangun pelabuhan samudera ada di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Karena wilayah tersebut dinilai setrategis. Saya juga tidak tahu kenapa belum punya sama sekali, padahal orientasi kita menuju poros maritim dunia, tapi kenapa belum punya,” ujar Emil Salim.
Menurut mantan menteri di era Presiden Soeharto ini, kalau bisa membuat pelabuhan dengan kedalaman hingga 20 meter, maka Indonesia bisa berubah menjadi center poros maritim dunia.
Emil Salim juga menyatakan, lebih dari 90 persen perdagangan dunia melalui laut dan 40 persen lalu lintas kapal pengiriman barang melewati Indonesia. Sebab, Indonesia masuk dalam jalur sutra ekonomi dan modern maritim abad 21.
Situasi dan keadaan ini, harus bisa dimanfaatkan, apalagi keadaan pelabuhan Singapura yang sudah kelebihan kapisitas. (***/tmp/ow)