IPC TPK Pontianak bakal membuka layanan baru untuk rute Singapura – Pontianak – Panjang Lampung, mulai Minggu ini, menggunakan tongkang kontainer PT PSSD (pelayaran sukses Sindo Damai), dengan mengangkut 300 TEUs bongkar muat.
Sebelumnya melalui terminal ini sudah ada rute internasional Pontianak – Singapura, serta Singapura – Pontianak – Jakarta.
“Alhamdulillah, ini rute ketiga, rute baru masuk yakni rute Singapura – Pontianak – Panjang Lampung. Rencana dalam Minggu ini,” ujar M. Loutfie Hidayat, Manager Area IPC TPK Pontianak, kepada wartawan, di Resto Sari Bento, Pontianak, Kamis malam.
Loutfi juga menyampaikan bahwa selain layanan internasional, juga ada rute domestik yang dilakukan oleh pelayaran Tanto, SPIL, Meratus, Panurjwan (Samudera Indonesia grup), maupun pelayaran yang lain.
“Mereka menjadi mitra tetap IPC TPK Pontianak,” ungkapnya lagi.
Loutfi mengatakan, saat ini sampai dengan kuartal 1, IPC TPK Pontianak sudah menangani 64,309 TEUs, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2024 yang tercatat 63.361 TEUs.
“Kami hanya mengoptimalkan peralatan bongkar muat yang tersedia, apalagi kalau ada penambahan peralatan lagi, rasanya akan lebih meningkat lagi,” katanya.
Berdasarkan data yang diperoleh Ocean Week dari IPC TPK Pontianak menyebutkan bahwa selama 2024, throughput tercapai 263 ribu TEUs, lebih banyak dari target RKA yang ditetapkan sebesar 262 ribu TEUs, serta lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang tercapai 247 ribu TEUs. “Untuk tahun 2025 IPC TPK ditargetkan 275,251 TEUs,” kata Loutfi.
Dia juga menyebut jika IPC TPK Pontianak sudah mengimplementasikan sistem TOS Nusantara sejak September 2023.
“TOS Nusantara merupakan sistem operasi terminal peti kemas berstandar internasional. sistem TOS Nusantara tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang mendukung standarisasi dan sistemisasi terminal peti kemas menggunakan teknologi terkini. Sistem ini menggabungkan teknologi visualisasi 3D sehingga memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan peti kemas baik di lapangan penumpukan maupun di atas kapal,” jelas Loutfi panjang lebar didampingi Julianto dari PT Pelindo Pontianak.
Kata Loutfie, pelanggan terbesar yakni Tanto Line dengan 3 kapal perminggu, menyusul SPIL dengan 2 kapal, lalu Meratus, dan Panurjwan.
Kata Loutfi, untuk layanan kapal, masih didominasi untuk kapal dalam negeri. Bandingannya 90% kapal domestik, dan 10% layanan kapal internasional. “Ekspor melalui terminal disini masih didominasi komoditi kelapa,” ungkapnya lagi.
Sementara itu, tokoh kepelabuhanan di Pontianak, Handan Godang kepada Ocean Week mengaku bahwa selama ini, layanan di terminal petikemas Pontianak tidak ada masalah.
“Kami tak pernah ada isu mengenai layanan di TPK Pontianak, baik-baik saja, bongkar muat lancar-lancar saja,” ungkapnya.
Menurut Godang, layanan disini (TPK Pontianak) makin bagus. Hanya saja ada satu container crane (CC) 01 yang perlu Pelindo pikirkan untuk diganti, karena sudah tidak layak.
“Hanya ada dua CC yang aktif bekerja. Waktu Pelindo belum merger, sudah pernah diusulkan untuk diganti, namun keburu merger, dan kemudian ditunda lagi, padahal kebutuhan CC di Pontianak sangat diperlukan. Apalagi jika ada dua kapal sekaligus berkegiatan bongkar muat, perlu tiga CC,” kata Hamdan yang menghandle kapal-kapal milik Tanto Line itu.
Dia berharap Pelindo segera merealisasikan penambahan CC sebagai pengganti CC 01.
Ketua DPC INSA Kalimantan Barat Tju Fo Phin mengatakan, pelabuhan Pontianak seperti biasa dan belum ada yang luar biasa, artinya masih normal saja.
“Ya ada pengembangan dari rute yang sudah ada. Untuk TPK sudah ada BW nya sehingga pelayaran sudah memahami dan mengatur jadwalnya,” kata Tju Fo Phin.
Fo Phin juga menyoroti mengenai pelabuhan Dwikora yang menurut dia bahwa pelabuhan Dwikora adalah pelabuhan sungai yang tergantung pada kondisi alam sehingga kegiatan harus menyesuaikan pasang surut air sungai, alur secepatnya harus ada penanganan agar kedalaman nya dan keselamatan berlayar terkontrol dengan baik.
Beli Kapal Keruk
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat membeli kapal keruk Sungai Kapuas melalui kerja sama investasi dengan swasta untuk menjaga kedalaman sungai dan memperlancar transportasi kapal yang melewati muara Sungai Kapuas.
“Langkah ini strategis tanpa gunakan dana APBD, namun tetap memberi keuntungan signifikan bagi daerah, terutama dalam memperlancar lalu lintas kapal dan mendukung sektor pelayaran,” kata Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan di Pontianak.
“Kami membeli kapal keruk sungai Kapuas melalui kerja sama dengan investor, dana tidak diambil dari APBD, tetapi Pemprov Kalbar tetap memiliki 50 persen saham dalam perusahaan tersebut,” katanya.
Menurut Krisantus, keberadaan kapal keruk sangat penting untuk menjaga kedalaman jalur pelayaran di muara Sungai Kapuas. Upaya ini juga meniru pola yang sudah diterapkan di Sungai Barito dan Sungai Musi, di mana kapal-kapal yang masuk dikenakan kontribusi bagi pemerintah daerah.
“Setiap kapal yang masuk akan kita bantu dan pandu, pemasukan akan menjadi bagian dari pendapatan daerah. Ini langkah nyata untuk mengelola potensi sungai sebagai jalur logistik utama,” tuturnya dikutip dari Antara.

Krisantus menyebutkan bahwa pengadaan kapal keruk ini merupakan bagian dari inovasi pembangunan infrastruktur transportasi air tanpa membebani keuangan daerah. Pemprov juga memastikan bahwa proyek ini berjalan dalam koridor hukum dan memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan.
Di tengah tantangan infrastruktur dan keterbatasan fiskal, kerja sama investasi semacam ini dinilai menjadi solusi alternatif yang efektif. Selain meningkatkan efisiensi transportasi, proyek kapal keruk ini juga diproyeksikan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
“Kami ingin sungai ini menjadi urat nadi perdagangan yang betul-betul dimanfaatkan maksimal, bukan hanya sebagai jalur air biasa. Ini juga bentuk keseriusan kita dalam memperkuat sektor logistik Kalbar,” katanya. (**/ant/ow)