Direksi baru PT Pelindo II tengah melakukan berbagai gebrakan. Bukan saja hanya dari sisi internal, melainkan juga eksternal. Misalnya, rencana restrukturisasi terhadap anak usaha Pelindo II. Termasuk rencana mengevaluasi Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang selama ini beroperasi di pelabuhan Tanjung Priok.
Cuma, kapan realisasi akan rencana tersebut, para pihak terkait sedang menunggu langkah-langkah yang akan diambil oleh Elvyn G Masassya Cs. Pastinya, Elvyn menyatakan bahwa untuk restrukturisasi 16 anak usaha pelindo II ditargetkan 3-4 bulan kedepan sudah terwujud.
Kendati perekonomian makro dan mikro pada tahun 2015 cukup sulit, namun PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II berhasil mencetak pencapaian kinerja cukup baik, dan berhasil melewatinya. Perseroan plat merah ini mampu mencatat kenaikan pendapatan, EBITDA dan investasi.
Prestasi Perusahaan lainnya antara lain perbaikan dalam hal pendanaan melalui global bond, IT System dalam kegiatan operasional terminal maupun administrasi perkantoran, peningkatan prestasi dalam asesmen kriteria penilaian kinerja unggul (KPKU) dengan kategori ‘good performance’ maupun kesepakatan sister ports dengan Shenzhen Port Authority (China) dan Port of Townsville Ltd (Australia).
Kata Elvyn G Masassya, Dirut PT Pelindo II, IPC (Pelindo II) pada bulan Mei 2015 berhasil menerbitkan global bond/surat utang sebesar US$ 1,1 miliar yang akan jatuh tempo pada tahun 2025, dan US$ 500 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2045. “Masing-masing dengan bunga/kupon sebesar 4,250% per tahun dan 5,375% per tahun,” ujar Elvyn di Jakarta.
Menurut mantan Dirut PT BPJS itu, transaksi tersebut merupakan bukti sentiment positif investor terhadap Indonesia dan dukungan penuh untuk sector-sector prioritas Negara, terutama pada pengembangan infrastruktur dan investasi jangka panjang yang dipandang strategis.
“Transaksi ini juga membuktikan bahwa di tengah perekonomian global yang kurang baik, perusahaan-perusahaan yang menawarkan deal menarik dan didukung oleh tata kelola yang baik, tetap bisa menarik minat investor global,” ungkap dia.
Hal ini pulalah yang kemudian mengantarkan IPC meraih penghargaan ‘Best Corporate Bond Indonesia’ oleh majalah keuangan, The Asset pada The Asset triple A Country Award 2015 di Hongkong dan penghargaan IJGlobal Magazine Award sebagai pemenang ‘Asia Pacific Ports’ dalam IJGlobal Award 2015.
Elvyn juga bercerita bahwa pada 2015 yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah maupun penurunan harga komoditas dunia, IPC berhasil mencatat peningkatan pada kunjungan kapal non regular 17% menjadi sebesar 83,3 juta GT seiring dengan modernisasi fasilitas kepelabuhanan maupun pemisahan penanganan barang di terminal-terminal pelabuhan.
Secara keseluruhan, IPC menangani 43,8 ribu kapal atau 201,7 juta GT di luar terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS). Arus barang yang ditangani pelabuhan sebesar 87,7 juta ton dengan peningkatan hamper 90% pada kargo ternak.
Untuk petikemas, IPC menangani sebesar 5,9 juta TEUs, dan 80% dilayani melalui tiga terminal petikemas di Jakarta.
Program Kerja 2016
Pada permulaan tahun 2016, ungkap Elvyn, diwarnai dengan semangat menggalakkan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk kementerian perhubungan dengan otoritas pelabuhan. Semangat ini diperkuat oleh susunan manajemen baru dilingkungan IPC oleh kementerian BUMN pada awal kuartal kedua yang diharapkan dapat melakukan pembenahan dan pembaharuan diseluruh cabang pelabuhan dan anak perusahaan IPC serta mampu membawa penyegaran bagi seluruh lini manajemen IPC.
Kata Saptono Rahayu Irianto, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha, target manajemen baru yakni konsolidasi internal sekaligus membangun kembali harapan insan perusahaan dalam kultur yang lebih professional, modernisasi pelabuhan-pelabuhan eksisting maupun melanjutkan proyek-proyek investasi yang disesuaikan dengan dinamika kondisi industry dan perekonomian saat ini dalam kerangka konektivitas jaringan logistic nasional dan internasional, dan melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas antar stakeholders terkait.
Kondisi perekonomian dunia yang kurang baik pada 2015, ujar Saptono, masih memberikan dampak yang signifikan pada awal kuartal 2016. “Perusahaan tengah mengambil langkah-langkah dalam peningkatan pendapatan, peningkatan efektifikas biaya dan investasi untuk pengembangan pelabuhan pada lokasi eksisting dan baru, maupun usaha-usaha untuk peningkatan kapabilitas perusahaan secara komprehensif,” ujar dia.
Cerita Saptono, IPC terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan pelayanan yang cepat, mudah diakses, fasilitas fisik yang memadai, dan ramah terhadap stakeholders. Melalui beberapa proyek pengembangan pelabuhan seperti Terminal Kalibaru dimana Container Terminal I telah melaksanakan trial operation dengan baik pada Januari dan Mei 2016 lalu. “Direncanakan beroperasi penuh secara komersial pada Julia tau Agustus 2016,” tutur Saptono.
Nantinya, terminal ini akan dapat melayani kapal-kapal petikemas di atas 18.000 TEUs. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong efektivitas biaya logistic di Indonesia dengan efisiensi dari skala ekonomi kapal-kapal besar tersebut.
Elvyn menambahkan, perseroan akan focus pada 4 hal yakni meneruskan hal-hal yang baik (going concern), menyesuaikan hal-hal yang perlu disesuaikan (governance), menyelesaikan hal-hal yang perlu diselesaikan (pending matters), dan memperkenalkan hal-hal baru (business development).
“Dalam konteks yang lebih luas sebagai upaya mendukung percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perusahaan terus menggiatkan berbagai program untuk modernisasi pelabuhan-pelabuhan eksisting maupun membangun pelabuhan-pelabuhan baru di beberapa lokasi,” ujar dia.
Sementara itu Dani Rusli, Direktur Teknik dan Manajemen Risiko Pelindo II mengemukakan ada 4 proyek yang telah diinisiasi oleh IPC telah masuk dalam daftar proyek strategis yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 3 tahun 2016 yaitu Inland Waterways (Cikarang-Bekasi-Laut Jawa/CBL), pelabuhan Sorong, Pelabuhan Kalibaru, dan Pelabuhan Kijing.
“Untuk itu tentu saja butuh kolaborasi dan dukungan penuh pemerintah maupun para pemangku kepentingan lainnya, demi kelangsungan pengembangan dan pembangunan proyek-proyek kepelabuhanan untuk dapat berjalan dengan baik tanpa hambatan,” kata Dani. (rs/ow)