Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Rotterdam mengalami penurunan impor sebesar 500.000 TEU dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022.
Pelabuhan Rotterdam mengungkapkan bahwa pertumbuhan negatifnya terjadi selama tiga kuartal berturut-turut.
Meskipun kuartal keempat diperkirakan akan memberikan perbandingan yang lebih baik dari tahun ke tahun, namun pelabuhan peti kemas terbesar di Eropa ini kemungkinan tidak akan sepenuhnya pulih ke tingkat volume sebelum pandemi.
Berbagai faktor, termasuk meningkatnya inflasi, pertumbuhan ekonomi global yang lesu, ketegangan geopolitik regional, dan pergeseran belanja ke sektor jasa dibandingkan produk, telah membebani pasar Eropa sepanjang kuartal ketiga.
Akibatnya, produksi di Rotterdam mengalami penurunan sebesar 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total 10,2 juta TEU yang ditangani selama sembilan bulan pertama tahun 2023.
Impor dalam peti kemas, sebesar 5,2 juta TEU, mengalami penurunan sebesar delapan persen, berarti berkurangnya setengah juta TEU yang ditangani.
Sementara ekspor dari Rotterdam yang berjumlah 4,9 juta TEU turun 6,4 persen atau setara dengan pengurangan 334.000 TEU.
“Seperti yang kami perkirakan, produksi dalam sembilan bulan pertama lebih rendah dibandingkan tahun lalu, dan itu sejalan dengan perkiraan kami,” kata CEO Otoritas Pelabuhan Rotterdam Boudewijn Siemons.
Menurut dia, perekonomian belum pulih, dan hal ini terus berdampak pada angka produksi. (**)