Setelah wabah Corona asal Wuhan China mulai menyebar ke banyak negara di dunia ini, termasuk Indonesia, bisnis pelayaran, maupun pelabuhan juga mulai terdampak.
Kinerja pelayaran nasional pun menurun akibat musibah ini, karena ekspor impor turun antara 20-25%. Pelabuhan juga turun sekitar 5%, misalnya Tanjung Priok.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto membenarkan terjadinya penurunan tersebut. “Seperti yang ramai diberitakan diberbagai media, ekonomi, usaha maupun bisnis pastilah terganggu dengan adanya wabah Covid -19 ini. Eksport dan import kitapun menurun sekitar 20 sampai 25 pct. Terutama yang dari dan ke China,” ujarnya kepada Ocean Week, Kamis pagi (26/3).
Meme, panggilannya menyatakan akibat ekspor impor menurun, dengan sendirinya juga berdampak pada pelayaran domestik yang mengangkut bahan baku dan distribusi impor maupun ekspor.
“Sudah barang tentu ini mengakibatkan kinerja menurun. Oleh karena itu kami (INSA) sangat mengharapkan agar OJK (otoritas jasa keuangan) dapat menjadwalkan kembali pinjaman bank pelayaran, serta berbagai pihak yang terlibat dalam biaya pelabuhan, dapat memberikan discount biaya pelayanan, agar kami tidak rugi berkelanjutan. Kami juga meminta agar PPN serta PBBKB untuk bahan bakar juga dihilangkan,” ungkap Carmelita.
Sebelumnya Direktur Transformasi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC, Ogi Rulino, dalam rilisnya mengungkapkan, arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok dalam dua bulan terakhir turun sebesar 5,13 persen.
Padahal perseroan ini mentargetkan tahun 2020 dapat mencapai 8,1 juta TEUs.
Untuk diketahui, selama Januari-Februari 2020, jumlah peti kemas yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 992 ribu TEUs. Jumlah ini turun 53 ribu TEUs dibandingkan throughput Januari-Februari 2019, yang mencapai 1,045 ribu TEUs.
“Penurunan tersebut merupakan dampak langsung dari merebaknya virus Corona, yang awal penyebarannya terjadi di Wuhan, China. Kondisi ini bisa dimengerti, karena sejak wabah Corona merebak di China pada Desember 2019, produktivitas di sana langsung turun drastis,” kata Ogi Rulino, di Jakarta.
Meskipun terjadi penurunan pada dua bulan pertama tahun ini, Ogi optimistis arus peti kemas akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Apalagi situasi di China dilaporkan mulai pulih dan industrinya kembali bergerak.
Sejauh ini, IPC belum merumuskan perubahan target peti kemas tahun 2020. Menurut Ogi, pihaknya masih melakukan kajian serta mengamati perkembangan perekonomian global dalam 2-3 bulan ke depan.
“Terutama situasi di China, yang berkontribusi paling besar terhadap jumlah arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok,” jelasnya.
Padahal, hampir semua kegiatan di pelabuhan menurun, misalnya JICT, TPK Koja, serta kegiatan si anak perusahaan IPC pun turun. (**)