Program Tol Laut terus dievaluasi pemerintah. Program ini diklaim pemerintah telah berhasil dan dapat menurunkan harga barang, serta menekan disparitas harga antara wilayah Indonesia Timur, Tengah, dan Barat.
Harga semen per sak di wilayah pegunungan Papua misalnya, kata Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, sudah ditekan menjadi Rp 500.000 per sak. “Jadi ini indikator keberhasilan dari konektivitas tol laut dan tol udara,” katanya.
Menko Maritim, Luhut B. Pandjaitan juga menyatakan bahwa program tol laut telah berhasil menekan disparitas harga hingga 25%. “Kami sudah bangun 30 titik logistik di timur dan barat agar kesenjangan tidak terlalu besar. Harga di Indonesia timur, kami ambil sampling misalnya antara Surabaya dengan daerah terpencil di Indonesia Timur 20-25 persen harga sudah turun,” kata Menko Maritim Luhut, beberapa waktu lalu.
“Nantinya rute dan trayek kapal kita perbanyak. Saya yakin turunnya disparitas harga ini lebih baik lagi, bisa sampai 50 persen pada 1-2 tahun ke depan,” ujarnya.
Karena itu, Menhub Budi, berharap pada 2017 ini 13 rute trayek Tol Laut sudah dapat dilaksanakan pada tahun ini.
Namun, benar tidaknya keberhasilan tol laut menekan disparitas harga, ditanggapi sinis oleh Ketua ALFI Manokwari, Obed Manufandu. “Program tol laut itu sangat bagus, namun masih belum menyentuh ke pelosok Manokwari,” ungkapnya kepada Ocean Week melalui WhastApp-nya Selasa (15/8) siang.
Menurut dia, kapal yang datang ke wilayah Manokwari sebulan hanya ada satu kapal. Makanya harga barang disini tetap mahal. Dia minta supaya pemerintah (Kemenhub-red) juga bisa menambah pelayaran ke wilayah ini, minimal dua kali sebulan.
Obed mengaku bahwa harga barang di Papua dianggapnya masih mahal jika dibandingkan dengan harga di Surabaya, Yogjakarta, Bandung, maupun Semarang. “Siapa bilang harga barang di Papua sama dengan di Surabaya atau di Pulau Jawa, karena tol laut, nggak ada itu,” ucapnya.
Obed mencontohkan bagaimana masih mahalnya harga semen di Papua atau kabupaten Jayawijaya/Wamena untuk 50 kg per sak dihargai Rp 500 ribu. Kalau di Manokwari harga semen bervariasi per sak ada yang Rp 87 ribu, ada juga yang Rp 98 ribu. “Meski di Manokwari ada pabrik semen Conch, namun harga semen masih terasa mahal. Harga semen di seluruh Papua itu bervariasi dan tidak sama. Begitu pula dengan harga BBM, pun tak sama dengan di Jawa,” ungkapnya lagi.
Menurut Obed, sekalipun tol laut sudah sampai di Papua, tetapi harga barang belum bisa disamakan dengan di pulau Jawa. Mengingat, ucapnya, angkutan laut ke Papua masih didominasi oleh pelayaran swasta, seperti SPIL, Tanto dan Temas Line.
“Permasalahannya hanya satu, karena Papua bukan produsen, melainkan sebagai konsumen. Semua barang itu masuk dan berasal dari pulau Jawa. Jadi wajar kalau masih mahal dibandingkan dengan di Jawa,” ucap Obed. (***)