Gapasdap mempertanyakan keberadaan dermaga eksekutif 2 di lintasan Merak-Bakauheni yang sampai saat ini dinilainya belum ada kejelasan mengenai besaran tarif dan pola operasi nya.
“Padahal kapal telah memenuhi persyaratan SPM (standard pelayanan minimum) yang itu memerlukan biaya yang sangat besar oleh operator kapal,” ujar Sekjen Gapasdap Rifai Aminudin kepada Ocean Week per telpon Rabu (3/4).
Menurut Aminudin, sekarang ini terjadi ketidak pastian usaha bagi kapal-kapal yang beroperasi di dermaga eksekutif 2 akibat belum adanya aturan yang jelas.
Aminudin juga menyoal bahwa kapal yang beroperasi di dermaga eksekutif 2 adalah kapal anak perusahaan ASDP (PT. JN) dan kapal Swasta. “Tapi tarif belum jelas, karena tarif kapal eksekutif itu di putuskan tersendiri oleh ASDP. Jadi kapal yang beroperasi di dermaga eksekutif 1 dengan kapal-kapal yang reguler itu tarif nya berbeda,” jelas Aminudin.
Sementara itu, Aminudin pun menanyakan aplikasi feryzy yang terkesan di monopoli ASDP. “Saat angkutan lebaran ini diharapkan kepada ASDP untuk membuka kuota bagi kapal-kapal yang beroperasi di dermaga reguler secara seimbang, sehingga dermaga eksekutif 1 itu tidak terjadi penumpukan antrian,” ungkapnya.
Aminudin menyampaikan bahwa salah satu faktor kemacetan yang ada di pelabuhan Merak adalah disebabkan antrian muatan kapal yang masuk ke dermaga eksekutif karena sistem kuota nya terus-terusan dibuka tanpa mempertimbangkan kapasitas angkut kapal.
Menjawab kritik tersebut, Yusuf Hadi (Direktur Komersial dan Pelayanan) menyatakan bahwa Quota untuk tiket sudah diatur dan diawasi oleh BPTD. “Kita sudah atur berapa kemampuan dalam satu jam itu berapa, sesuai dengan kapasitas kapal,” ucapnya menjawab Ocean Week dalam acara gathering ASDP dengan pers, di kantor ASDP Jakarta, Rabu.
“Untuk Ferizy boleh jual tapi tak seenaknya, sedangkan untuk dermaga eksekutif 2 ini karena semakin meningkatnya peminat masyarakat yang semakin tinggi. Kami sudah mencoba sewaktu angkutan Nataru dicoba dibuka dermaga eksekutif 2, peminat tinggi dan saat ini sedang terus disiapkan,” ungkap Hadi.
Namun, menurut Aminudin, kenyataannya volume penumpukan di dermaga eksekutif 1 masih terjadi, sementara di dermaga reguler kosong.
“Ya jelas minat pengguna jasa tinggi saat ini utk dermaga eksekutif 2 karena, Tarif angkutan masih tarif ekonomi, lalu Sea time kapal sama dengan kapal-kapal yang ada di dermaga eksekutif 1. Fasilitas kenyamanan kapal dermaga eksekutif 2 lebih baik dari kapal-kapal yang beroperasi di dermaga eksekutif 1.
Sementara, utk meningkatkan kenyamanan kapal, operator atau pengusaha nya mengeluarkan biaya minimal rata-rata per kapal sekitar 2 milyar rupiah,” kata Aminudin. (**)