Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan 1,3 juta unit CBU ekspor mobil Toyota sejak mulai pengapalan Kijang generasi ketiga Agustus 1987 hingga Juli 2018 melalui Tanjung Priok (PT IKT/Indonesia Kendaraan Terminal), Rabu (5/9).
Kehadiran Presiden Jokowi didampingi Menteri Perindustrian Erlangga Hertanto, Menhub Budi Karya Sumadi, dan Menko Ekonomi Darmin Nasution, serta Menseskab Pramono Anung.
Hadir pula Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya, Dirjen Hubla Agus Purnomo, serta para pejabat dari berbagai kementerian terkait.
Jokowi pada kesempatan itu sempat menyinggung ada dua hal penting untuk memperkuat perekonomian Indonesia, yaitu investasi dan ekspor. Sejak dia mengunjungi Presiden TMC Akio Toyoda di Jepang pada 2015 lalu, investasi Toyota di Indonesia disebut sudah lebih dari Rp 20 triliun ekspor kendaraan Indonesia jangan sampai kalah dengan Thailand.
“Kita ekspor jangan kalah dengan Thailand,” kata Jokowi. Presiden juga menyatakan, jika Indonesia ingin berhasil mesti dilakukan investasi, dan investasi. “Lalu ekspor, ekspor, dan ekspor,” katanya.
Di tempat sama, Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono menyampaikan seremoni merupakan salah satu penanda realisasi komitmen TMC setelah pertemuan dengan Jokowi.
“Kami memaknai capaian ini sebagai pemicu semangat untuk bisa meningkatkan performa ekspor sehingga dapat membantu peningkagan devisa negara di sektor otomotif,” ujar Warih.
Menurut dia, Kijang generasi ketiga atau dikenal sebagai Kijang Super di dalam negeri merupakan model ekspor CBU pertama Toyota dari Indonesia. Negara yang pertama mendapatkannya adalah Brunei Darussalam.
Model ekspor kedua Toyota yaitu Avanza yang dilakukan mulai 2004. Model ketiga merupakan Fortuner (2006), lantas dikuti Rush (2007), Town Ace dan Lite Ace (2008), Vios (2014), Agya (2014), dan terakhir Sienta (2016).
Kijang Innova, Fortuner, Vios, Yaris, dan Sienta merupakan model produksi TMMIN. Sedangkan Avanza, Rush, Town Ace, dan Lite Ace diproduksi ADM.
Model CBU ekspor Toyota telah dikirim ke lebih dari 80 negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan Timur Tengah. Toyota mewakili 80 persen ekspor kendaraan CBU dari Indonesia.
Dari sembilan model ekspor Toyota, kontribusi terbesar disumbangkan oleh Fortuner. SUV medium berbasis ladder frame yang diproduksi di pabrik TMMIN Plant 1 di Sunter ini sudah diekspor lebih dari 410.000 unit atau mewakili 30 persen dari total ekspor CBU Toyota selama 30 tahun.
Bukan hanya kendaraan CBU, Toyota juga mengekspor kendaraan terurai completely knock down (CKD), mesin utuh tipe TR dan NR, komponen kendaraan, hingga alat bantu produksi berupa jig.
IKT Siap Menunjang
Sementara itu, Dirut PT IKT Chiefy Adi K menyambut baik dan bisa menjadi bagian dari peningkatan ekonomi Indonesia melalui core bisnis perusahaan yaitu jasa pelyanan termina kendaraan.
“Bagi IKT, pencapaian Toyota Manufacturing Indonesia (TMMIN) merayakan pencapaian ekspor kendaraan utuh (CBU) sebanyak 1,3 juta unit menunjukkan progre yang sangat bagus dalam mengukur pengembangan dan peningkatan daya saing industri otomotif tanah air sebagai salah satu industri pionir roadmap making indonesia 4.0,” kata Chiefy dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/9), di Jakarta.
Menurut mantan GM Pelindo Ciwandan ini, IKT menyadari bahwa terminal kendaraan sebagai salah satu pilar utama dalam daya saing ekspor industri otomotif harus tetap tumbuh tidak hanya saja kualitas pengoperasian, namun juga kapasitas terminal. Untuk itu, target IKT (IPCC) untuk menjadi terminal kendaraa 5 besar dunia sangat sejalan dan realitas dengan potensi yang ada.
Kebutuhan industri otomotif akan terminal kendaraan yang dedicated atau terminal khusus untuk kendaraan, pelayanan handling, fasilitas yang lengkap untuk jasa vehicle processing center (VPC), equipment center (EPC), portstock, termasuk kualitas akses jalan telah membuat IKT menjadi pilihan bagi para produsen mobil untuk meningkatkan pasar ekspornya.
Sebagai pengetahuan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, ekspor mobil utuh tahun 2017 tumbuh 18,9% atau menjadi 231.169 unit. Tahun ini, TMMIN mentarget pertumbuhan ekspor mobil toyota dan daihatsu bisa tumbuh 25-45%.
Selain itu Suzuki pada semester I tumbuh 13,8% menjadi 14.479 unit, Mitsubishi tahun ini akan ekspor 45 ribu unit.
Chiefy juga menyatakan jika pendapatan dan laba bersih IPCC tumbuh masing-masing sebesar 28% dan 58% menjadi Rp 250 miliar dan Rp 94,9 miliar.
“Throughput naik 10,3% menjadi 186.928 unit. Untuk heavy equipment naik 81% menjadi 20.099 unit dan sparepart naik 44,9% menjadi 48.900 m3,” ungkap Chiefy.
Kata dia, tahun ini IPCC ditarget perolehan laba bersih mencapai Rp 220 miliar atau tumbuh 69% secara tahunan. “Di tahun ini IPCC mendapat tambahan dari pengalihan throughput kendaraan yang sebelumnya dikelola oleh Port of Tanjung Priok (afiliasi) sebagai bagian dari kebijakan spesialisasi bisnis yang dilakukan Pelindo II,” katanya.
Chiefy menambahakan, perseroan terus mengoptimalkan potensi segmen domestik yang dinilai masih besar kedepan seperti transhipment RoRo Services dan kerjasama operasi dengan pelabuhan domestik yang dimiliki Pelindo I, III, dan IV.
“Saat ini IPCC telah melakukan MoU dengan Pelindo IV untuk kerjasama pengoperasian car terminal di pelabuhan Makassar dan Samarinda. “Ini sebagai langkah IPCC untuk menggali potensi bisnis di wilayah Indonesia khususnya Indonesia Timur yang masuk jalur pelayaran internasional,” tutup Chiefy. (ow/***)