Direct call kini menjadi trend bagi pelabuhan di Indonesia. Konsep pelayaran langsung tersebut sebenarnya sudah lama digadang-gadang oleh pemerintah Indonesia, maupun operator pelabuhan, namun selalu berhenti ditengah jalan.
Tetapi sekarang, setelah pelabuhan Jakarta (JICT) disinggahi kapal ‘raksasa’ mulai April 2017 lalu dengan rute Jakarta-AS, beberapa pelabuhan pun juga melakukan direct call, seperti Bitung-Philipina, lalu pelabuhan Makassar-China, Palembang-Singapura, dan sebagainya.
Tak ketinggalan pula TPS Surabaya. Terminal ini menawarkan pelayaran langsung tujuan Jepang, China, Taiwan, Hongkong, Thailand, Australia, Korea, Dili Timor Leste, Singapura, dan Malaysia.
Alhasil, pada Selasa (5/9) lalu direct call itupun terwujud. Pelayaran langsung TPS-Australia lewat kapal Kota Juta akhirnya terwujud, menyusul kapal Selatan Damai tujuan TPS-Dili Timor Leste juga bongkar muat di terminal ini pada kamis (7/9) lalu.
“Kami sangat serius mewujudkan TPS menjadi destinasi pelayaran langsung internasional. Dengan pelayaran langsung, diharapkan biaya logistik lebih hemat, jarak tempuh lebih singkat, biaya juga lebih rendah karena barang yang diekspor bisa langsung ke negara tujuan dan ada kepastian waktu sandar,”ujar M. Solech, Public Relations PT TPS di Surabaya, Sabtu (9/9).
Menurut Solech, dengan adanya pelayaran langsung, akan mendorong dan meningkatkan ekspor-impor dari industry di Jawa Timur dan Kota Surabaya khususnya.
“Dengan pelayaran langsung, tak hanya ekspor yang dimudahkan, tetapi juga impor yang masuk ke Surabaya akan menjadi lebih cepat dan mudah. Dengan begitu, masyarakat Jawa Timur bisa menikmati barang-barang dari luar negeri dengan harga yang tidak terlalu mahal karena biaya logistik dan rantai logistik lebih pendek,” ungkapnya.
Untuk diketahui, TPS mentarget produksi petikemas di tahun 2017 sebesar 1,4 juta TEUs. Tahun 2016 lalu volume yang ditangani tercatat 1.397.428 TEUa, untuk tahun ini hingga Agustus, sudah mencapai 910.352 TEUs. Pihaknya optimis, capaian 1,4 juta TEUs dapat diraihnya. (***)