Saat ini, Digitalisasi pelabuhan mutlak diperlukan untuk mendorong peningkatan pelayanan dan daya saing pelabuhan yang lebih baik. Pemanfaatan teknologi informasi harus terus dilakukan guna memperkuat layanan online yang sudah ada dan secara bertahap menggantikan proses-proses pelayanan yang saat ini masih dilakukan secara manual.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo menyampaikan hal itu saat membuka acara Seminar Inaportnet bertempat di Le Meridien Hotel, Jakarta pada hari Selasa ini (22/1).
Menurut Dirjen Agus, salah satu kunci untuk mendorong pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dapat bersaing secara global adalah dengan cara memberikan pelayanan yang lebih cepat, murah dan transparan yang tentunya harus didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi.
“Saya selalu meminta kepada seluruh jajaran di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk terus memperbaiki dan meningkatkan digitalisasi layanan di Pelabuhan,” ujarnya.
Digitalisasi pelabuhan yang sudah dilakukan melalui Inaportnet, ungkap Agus, hanyalah salah satu segmen untuk mencapai tujuan utama, yaitu meningkatkan national competitiveness. Dengan penerapan Inaportnet, proses-proses di Pelabuhan menjadi lebih cepat, efisien, transparan dan kompetitif, yang tentunya dapat menurunkan cost logistik.
“Ayo kita bersama bicara tentang competitiveness negeri kita. Bagaimana mewujudkan cost nasional yang kompetitif supaya ekspor kita bisa bersaing dengan dunia internasional,” ajak Agus.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko, menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bersama dengan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustikom) Perhubungan telah menerapkan Inaportnet secara bertahap di 16 (enam belas) Pelabuhan sejak bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Oktober 2017.
“Inaportnet versi 1.0 ini kita terapkan untuk memberikan layanan kapal di Pelabuhan yang lebih transparan, cepat, mudah dan murah,” ungkap Capt. Wisnu yang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Inaportnet tersebut.
Selanjutnya, Ditjen Perhubungan Laut dan Pustikom kembali melakukan pengembangan Inaportnet dan berhasil meluncurkan Inaportnet versi 2.0 pada tanggal 29 Juni 2018. Inaportnet versi kedua ini digunakan untuk layanan barang, khususnya peti kemas, serta penerapan Delivery Order (DO) Online di 10 terminal peti kemas internasional yang terdapat di 5 (lima) pelabuhan, yakni Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Tanjung Emas.
“Penerapan Inaportnet 2.0 ini memberikan manfaat dalam penghematan biaya operasional dan mempersingkat waktu pelayanan kapal dan barang di pelabuhan,” jelas Wisnu.
Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2016 sampai dengan saat ini, menurut Wisnu, Inaportnet telah membawa cukup banyak perubahan yang bermanfaat dalam pelayanan pelabuhan.
“Namun demikian, tentunya diperlukan perbaikan dan peningkatan yang berkesinambungan agar penerapan Inaportnet dapat memberikan manfaat yang signifikan untuk membuat proses pelayanan di Pelabuhan menjadi lebih efektif dan efisien serta menurunkan biaya logistik,” tutup Capt. Wisnu.
Sebagai informasi, dalam rangka menyampaikan perkembangan penerapan Inaportnet di 16 Pelabuhan dan rencana pengembangan Inaportnet di tahun 2019 kepada stakeholders dan instansi terkait, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan Seminar Inaportnet bertempat di Le Meridien Hotel, Jakarta pada hari Selasa ini (22/1).
Seminar Inaportnet ini adalah seminar kedua yang diselenggarakan di bawah kerangka proyek kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang melalui JICA tentang Strategi Peningkatan Port Electronic Data Interchange (Port EDI) yang diterapkan di Indonesia. Peserta seminar meliputi perwakilan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, intansi terkait, serta para pengguna jasa yang terdiri dari perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan bongkar muat, dan perusahaan jasa pengurusan transportasi.
Adapun narasumber terdiri dari Ditjen Perhubungan Laut yang akan menyampaikan materi terkait penerapan Inaportnet dan rencana pengembangannya di Indonesia, serta perwakilan dari Kantor Pusat JICA Tokyo dan JICA Project Team Leader yang menyampaikan materi tentang hasil analisa penerapan Port EDI di Indonesia. (hub/***)