Setelah melewati masa pandemi covid-19 dua tahunan lalu, dan sekarang adanya perang Ukraina-Rusia, Palestina-Israel, Indonesia masih dapat mencatatkan pertumbuhan PDB 5.17% YoY pada 2023 ini.
Pertumbuhan tertinggi tercatat pada industri transportasi dan pergudangan sebesar 15.28% YoY seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat.
Sementara kontribusi dari angkutan laut tercatat tumbuh 18.26% YoY sejalan dengan peningkatan volume barang dan penumpang.
Industri minyak dan gas domestik maupun global telah mengalami volatilitas yang signifikan, ditambah dengan tensi geopolitik serta pengaruh ekonomi global telah berdampak terhadap pasokan maupun permintaan kedua komoditas tersebut.
Sementara konsumsi minyak mentah mulai membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi domestik pasca Covid-19, mencapai 1.6 juta barel per hari pada FY22.
Namun menurut Nova Y. Mugijanto, direktur Pan Maritime Wira Pawitra (PMWP), bahwa situasi kondisi pelayaran Offshore tahun 2023 belum bisa pulih dibandingkan dengan masa sebelum Covid.
“Hal itu bisa terlihat dari charter rate yang masih rendah dan utilisasi kapal penunjang offshore juga masih sama berbanding dengan tahun 2022,” ujar Nova kepada Ocean Week, melalui WhatsApp nya, Senin malam.
Salah satu wakil ketua umum DPP INSA ini juga memprediksi jika tahun 2024 menurutnya bakal masih sama atau bahkan lebih rendah dengan tahun sebelumnya, ditambah tahun itu memasuki Pemilu, maka diperkirakan proyek-proyek Investasi perusahaan Migas Global/Asing berkaitan dengan Eksplorasi Migas skala besar pasti akan wait and see menunggu terbentuknya pemerintahan dan kabinet baru.
Nova bercerita bahwa potensi Hulu Migas/Offshore masih sangat besar mengingat kebutuhan minyak domestik saat ini jauh lebih besar berbanding dengan produksi minyak domestik. Sehingga Indonesia masih mengimpor minyak dalam jumlah yang besar.
Nova juga mengakui kalau minat investasi asing untuk sektor Migas di negeri ini masih rendah.
“Kendala utama yang dihadapi oleh Industry Migas di Indonesia adalah minat Investasi perusahaan Migas Global/Asing yang rendah, hal itu disebabkan oleh berbagai macam hal, sedangkan Pertamina sebagai pemain Utama di Indonesia saat ini ternyata juga mengalami keterbatasan pendanaan untuk bisa menggenjot produksi Migasnya. Bahkan cenderung produksi Migas makin turun dari tahun ke tahun,” jelasnya.
Kendati begitu, Nova tetap berharap, kedepan supaya Pemerintah dapat memberikan insentif dan kemudahan berinvestasi kepada perusahaan-perusahaan Migas Global / Asing sehingga proyek eksplorasi skala besar yang mempunyai resiko tinggi itu dapat direalisasikan, sehingga berdampak positif kepada industry penunjang Migas termasuk jasa persewaan kapal-kapal penunjang offshore.
Sektor Petikemas
Kondisi yang dirasakan pelayaran sektor Offshore, tampaknya sedikit berbeda dengan sektor petikemas, terutama pelayaran yang tercatat di bursa efek, seperti Temas Tbk, Samudera Indonesia Tbk, dan Logindo Samudramakmur Tbk.
Mereka memandang bahwa tahun ini cukup positif buat sektor pelayaran itu. Oleh karena itu, mereka tak segan mengalokasikan capital expenditure (capex) cukup besar dengan target pendapatan dan keuntungan yang meningkat.
Emiten pelayaran PT Temas Tbk (TMAS) misalnya, menyiapkan belanja modal capex sebesar Rp 1 triliun untuk tahun 2023.
Direktur Keuangan dan Pengembangan Temas Ganny Zheng menjelaskan, rencana penggunaan dana tersebut adalah untuk penambahan armada kapal. Namun, rencana menambah kapal ini sesuai dengan situasi dan kondisi pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu, capex juga akan digunakan untuk peningkatan efisiensi dengan menambah warehouse, maintenance alat-alat port dan depot beserta container.
Temas melihat prospek bisnis sektor ini masih sangat menjanjikan di sepanjang 2023. Hal itu didorong dari beberapa faktor makro. Untuk dapat menangkap peluang pertumbuhan tersebut, TMAS akan meningkatkan efisiensi secara operasional, memanfaatkan teknologi digitalisasi untuk mempercepat pelayanan.
Sementara itu, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun 2023 sekitar USD 150 juta atau setara dengan Rp 2,29 triliun (asumsi kurs Rp 15.327 per dolar AS).
Menurut Direktur Utama Samudera Indonesia, Bani Maulana Mulia prospek pada 2023 masih jauh lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelum pandemi COVID-19. “Kami optimistis hasilnya lebih baik dari tahun-tahun sebelum 2021,” katanya kepada pers waktu itu.
Sedangkan PT Logindo Samudramakmur Tbk masih tahun ini cukup prospektif. Chief Financial Officer & Secretary Logindo Samudra Makmur Adrianus Iskandar mengatakan, aktivitas pelayaran pada tahun ini akan mengalami peningkatan, khususnya pelayaran offshore.
Perseroan menargetkan dapat meraih pendapatan sekitar US$ 29 juta pada 2023. Target tersebut lebih besar ketimbang proyeksi pendapatan pada 2022 yakni sebesar US$ 27 juta.
Kedepan mereka berharap sektor ini semakin membaik, seiring dengan pemerintahan baru. (**)