Perusahaan di Tiongkok berburu pelabuhan hingga di Indonesia. Mereka siap merogoh ‘kocek’ hingga miliaran dolar AS, khusus untuk membangun pelabuhan. Bahkan di Indonesia (Kalibaru-red) Ningbo Zhoushan Port, investasinya sebesar US$ 590 juta untuk pengembangan pelabuhan Kalibaru.
Harian Financial Times merilis bahwa penguasaan terhadap berbagai pelabuhan di negara-negara Asia adalah untuk mendukung proyek One Belt and Road atau Jalur Sutera Abad 21.
Selain di Indonesia, Tiongkok juga masuk ke pelabuhan besar di Malaysia. Ada empat yang menjadi incaran, untuk Gateway Melaka senilai US$ 7,2 juta, Pelabuhan Kuala Linggi US$ 2,84 juta, Pelabuhan Penang Senilai US$ 1,4 juta, dan Kuantan senilai US$ 177 juta.
Investasi Tiongkok untuk pelabuhan ini diketahui melalui studi dari Grisons Peak, sebuah bank investasi yang berbasis di London, Inggris. Banyak perusahaan dari Tiongkok sedang berupaya untuk membeli atau berinvestasi di 9 pelabuhan di negara yang masuk proyek One Belt and Road.
Berdasarkan catatat Grisons Peak, hingga Juni 2017, Tiongkok telah mengeluarkan dana hingga US$ 20,1 miliar, termasuk yang ada di Indonesia.
“Pada tahun lalu, Tiongkok telah mengumumkannya. Jadi tidak mengherankan jika melihat tingkat peningkatan investasi di pelabuhan dan logistik,” kata Henry Tillman, Kepala Eksekutif Grisons Peak, seperti dikutip Financial Times, Senin (17/7).
Sementara itu, Jing Gu, ahli dari Institute of Development Studies di Sussex University, menyatakan tujuan dari Tiongkok banyak fokus berinvestasi dan garap proyek di Asia Tenggara, sebagai bentuk menciptakan hubungan yang baik dengan wilayah ASEAN.
“Namun, ini juga (kadang) kontroversial dengan isu-isu yang terus berlanjut. Mengenai kedaulatan teritorial, kekuatan ekonomi dan kebutuhan sumber daya Tiongkok,” jelas Gu. (FT/***)