Pemudik ke pulau Sumatera lewat pelabuhan Merak maupun Ciwandan, sempat terjebak macet panjang.
Pemerintah pun menuding karena hal itu terjadi akibat ketidak-taatan pemudik.
“Yang terakhir Merak seperti disampaikan Bapak Presiden, terdapat jumlah yang melebihi dan mohon maaf ketidaktaatan masyarakat pengguna,” kata Menhub Budi Karya Sumadi kepada wartawan, Senin (8/4).
Menhub mengatakan kapal di pelabuhan Merak juga harus lebih besar dan cepat. Dia mengaku sudah lapor ke Presiden Joko Widodo jika dermaga di Merak juga harus ditambah.
“Jadi issue-nya bahwa di Merak ini, satu diharuskan memiliki kapal yang lebih besar dan lebih cepat. Kedua memang harus ada tambahan dermaga. Kami sudah bahas dan tadi saya lapor Pak Presiden. Pak ini butuh dermaga, Pak presiden tambahin. Kapal juga harus tambah,” kata Budi.
“Kalau kapal katakanlah dengan 15 knot, pasti kurang maksimal atau dengan 500 knot kurang. Jadi mesti kapal yang besar di atas 1000 dan katakanlah harus di atas 15 bahkan 20 (ribu) knot jadi kecepatan itu bisa dilaksanakan. Tapi alhamdulillah kami punya grup di lebaran ini dengan Kapolda, TNI, Pak Menko dan pihak-pihak yang terlibat, kami, pagi siang malam berkomunikasi dan ini bisa menyelesaikan masalah,” tambahnya.
Sementara itu, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menyebut masih banyak masyarakat belum memiliki tiket yang nekat mencoba masuk ke pelabuhan Merak, sehingga memicu terjadinya kemacetan parah pada jalan menuju arah pelabuhan.
Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi menuturkan, sekitar 19.700 orang atau 32% dari total masyarakat yang masuk ke Pelabuhan Merak pada periode 6-7 April 2024 tidak memiliki tiket atau memilih go show. Hal tersebut membuat ASDP harus mengubah ketentuan service level agreement (SLA).
“Adanya kondisi ini berimbas pada melancarkan distribusi kendaraan di Pelabuhan Merak, terutama pada area gate Pelabuhan,” kata Ira.

Menanggapi masalah kemacetan yang selalu terjadi di setiap Lebaran pada lintas Merak Bakauheni, Ketua Umum Gapasdap Khoiri Soetomo menyampaikan, beberapa lintasan Penyeberangan terjadi kemacetan panjang saat Idul fitri, Natal dan tahun baru serta liburan nasional lain karena Angkutan Penyebrangan merupakan satu satunya moda yang sangat berbeda dengan moda lain seperti kereta api, udara, angkutan jalan, di mana hanya penumpang yang sudah mempunyai tiket yang boleh masuk stasiun atau bandara.
“Terlebih lagi moda ini melayani kendaraan semua jenis, sehingga moda selain penyeberangan relatif bisa terkendali. Meskipun sebenarnya kami sudah mempersiapkan semuanya jauh hari dengan rapat persiapan dan koordinasi antar pemangku kepentingan mulai dari TSDP, POLRI, POLDA, GAPASDAP, ASDP, BPTD, KSOP, BMKG, PELINDO, Jasa Raharja, Jasa Raharja Putra, Jasa Marga, ORGANDA, APTRINDO dan sebagainya,” ujarnya kepada Ocean Week, per telpon, Selasa.
Kata Khoiri, ASDP bahkan sudah sosialisasi jauh hari agar penumpang dan kendaraan membeli tiket jauh hari lewat aplikasi dan melarang masuk pelabuhan bagi yang tidak bertiket sesuai tanggal waktunya.
“Kita lihat di lapangan sudah banyak yang tertib melakukan pembelian tiket sesuai arahan, tetapi juga masih banyak penumpang dan kendaraan yang nekat memasuki antrian tanpa tiket atau dengan tiket tetapi tidak sesuai waktu yang ditentukan, akibatnya petugas di lapangan kesulitan mengatur dan mengurai kemacetan karena kesulitan mengeluarkan dari antrian karena terjadi peningkatan yang melebihi kapasitas terpasang pelabuhan karena terbatasnya jumlah dermaga yang tidak sesuai dengan kapal yang tersedia,” ungkapnya lagi.
Khoiri mengemukakan, kalau terjadi kemacetan panjang di pelabuhan Penyebrangan seperti sekarang sangat sering disimpulkan hal itu karena kekurangan kapal.
Saat ini lintasan Merak Bakauheni seperti juga rata rata lintasan Penyebrangan lain di Indonesia justru KELEBIHAN KAPAL. karena saat ini ada 66 kapal Penyebrangan dari sebelumnya sebelum dikurangi aturan PM 88 sebanyak 71 kapal Penyebrangan.
Jumlah dermaga hanya 7 pasang. Dalam sehari kapal hanya bisa beroperasi setengahnya saja, setengahnya lagi menganggur menunggu jadwal.
“Meskipun kami juga sudah dipinjami pelabuhan laut Ciwandan. Namun dari 8 kapal yang diperbantukan ke Ciwandan di Bakauheni masih bergantian sandar dengan kapal yang berangkat dari pelabuhan ASDP Merak sehingga perolehan trip tidak maksimal. Hanya 1 kapal yang operasi di Ciwandan ke pelabuhan Panjang dengan jarak yang lebih jauh,” jelasnya.
Sebenarnya, kata Khoiri, Menhub sudah mengantisipasi jauh hari akan kekhawatiran terjadi kemacetan panjang dengan upaya mengatur dan menyiapkan semua sarana dan prasarana dengan mengerahkan semua kekuatan yang memungkinkan bisa dilakukan, rapat koordinasi dilakukan jauh hari dan berkali kali dilakukan secara berlapis.
Namun meningkatnya kapasitas terpasang saat ini justru lebih pada peningkatan jumlah dermaga yang idealnya bisa mengakomodir semua kapal yang ada.
Apalagi pemerintah sukses membangun infrastruktur jalan tol baik di jawa maupun Sumatra, bila tidak diikuti pembangunan tambahan dermaga penyerangan maka ke depan kita akan terkena bom waktu saat jalan tol trans Jawa dan Sumatra tersambung penuh.
“Idealnya setiap 4 armada kapal disiapkan 1 pasang dermaga. Meskipun dalam kondisi normal tidak semua kapal bisa beroperasi,” tegas Khoiri.
Khoiri juga mengemukakan bahwa Jumlah kapal beroperasi saat kondisi Normal sehari hari sbb :
* Dermaga eksekutif : 4 kapal
* Dermaga 1 : 5 kapal
* Dermaga 2 : 5 kapal
* Dermaga 3 : 5 kapal
* Dermaga 4 : 4 kapal
* Dermaga 5 : 4 kapal
* Dermaga 7 : 4 kapal
Total : 31 kapal sisa kapal nganggur menunggu jadwal giliran sebanyak 35 kapal.
Sedangkan jumlah kapal operasi saat kondisi mudik lebaran sbb :
* Dermaga eksekutif : 4 kapal
* Dermaga 1 : 6 kapal
* Dermaga 2 : 6 kapal
* Dermaga 3 : 6 kapal
* Dermaga 4 : 4 kapal
* Dermaga 5 : 6 kapal
* Dermaga 7 : 4 kapal
* pelabuhan laut ciwandan: 8 kapal
Total : 44 kapal
Jumlah kapal menunggu jadwal masih 22 armada kapal. (**)