Pengiriman barang (kontainer) lewat transhipment pelabuhan Tanjung Priok dinilai lebih murah dan lebih efisien dibandingkan melalui pelabuhan Singapura. Bahkan konon lebih murah hingga 40%, serta dapat menghemat waktu sekitar 10 hari.
Prasetyadi, Direktur Operasi PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo) menyatakan bahwa direct call pelabuhan Tanjung Priok sekarang sudah tak lagi lewat Singapura. Misalnya, pengiriman dari pelabuhan Panjang, Medan, Surabaya ke USA tak lagi melalui Singapura, tapi lewat Tanjung Priok.
“Bisa lebih murah hingga 40% dari Priok dari pada transhipment ia Singapura. Selain itu, dari sisi waktu lebih efisien. Tadinya memakan waktu 31 hari, namun kini jadi 21 hari,” katanya dihadapan para wartawan ibukota saat acara buka puasa di Jakarta, Kamis (16/5).
Menurut Prasetyadi komponen tarif yang dihitung adalah CHC pelabuhan asal, freight ke Tanjung Priok, CHC Tanjung Priok, freight dari Priok ke USA. “Lewat Singapura juga komponen tarif yang dihitung sama,” katanya.
Sebagai gambaran perbandingan tarif transhipment (ekspor) dari Panjang via Singapura 22,2 juta per TEUs, tapi jika lewat Priok kena 14,8 juta per TEUs.
Sedangkan dari Medan ke USA lewat Singapura dikenai biaya 26,3 juta per TEUs, lewat Priok hanya 12,4 juta per TEUs. “Dari Surabaya ke Amerika transhipment Singapura kena 20,2 juta per TEUs, lewat Priok kena 13,5 juta per TEUs,” ungkap Prasetyadi.

Sementara itu, para Pelayaran dan cargo owner menyatakan menunggu konsep hub internasional Port Tanjung Priok seperti apa.
Sebab, menurut mereka, selama ini kalau hanya pengiriman langsung ke beberapa Negara luar sudah dilakukan dan berjalan.
Jika Tanjung Priok dijadikan transhipment, sebenarnya sudah berjalan, cuma untuk domestik. “Selama ini barang-barang yang ingin diekspor ke luar juga banyak pengapalannya lewat Tanjung Priok, Cuma transhipment ke Singapura, kemudian lanjut dengan mother vessel ke Negara tujuan,” ungkap Asmari Herry, Direktur pelayaran Samudera Indonesia, saat dimintai komentarnya oleh Ocean Week, pagi ini.
Kalau tarifnya diklaim lebih murah lewat Priok dibandingkan via Singapura, menyurat Asmary, perlu dibuktikan lebih dulu.
“Itu yang Pelindo sebutkan lebih murah transhipment via Priok dibandingkan Singapura, tarif angkut kapalnya saja atau gemana,” ujar Asmary bertanya.
Asmary juga masih penasaran, bagaimana hitungannya bisa lebih murah, dan bagaimana pengurusannya, apakah pengirim masih harus mengurus sendiri barangnya, atau otomatis diurus oleh terminal. Sebab, pola ini juga memunculkan double handling, dan biaya-biaya yang muncul menjadi beban siapa.
“Kalau transshipment di Singapura biayanya sekitar US$ 40 per 20 feet kontainer, tetapi container destination Singapura kena cash US$ 150. Bagaimana dengan Tanjung Priok nanti, apakah tariff transhipmentnya lebih murah. Bukan hanya itu saja, bagaimana pula dengan kecepatan layanannya,” ujar Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia bidag Perhubungan tersebut.
Dirut PT Pelindo II Elvyn G. Masassya menyatakan bahwa tahun 2020, pihaknya ingin menjadikan Priok sebagai world class port.
Dengan dijadikannya Priok sebagai hub internasional, maka kapal-kapal berkapasitas besar hingga 12.000 TEUs akan singgah di Priok. Kapal tersebut untuk mengangkut barang kiriman dari daerah menuju negara tujuan secara langsung. “Nah dengan menjadikan Priok sebagai transhipment port maka kapal besar akan datang ke Jakarta dan membawa barang-barang dari Indonesia yang sudah dikonsolidasikan di Priok,” ungkap Elvyn.(**)