Dimulainya pengoperasian perdana pelabuhan Patimban pada Minggu (20/12), meski hanya ekspor 140 unit kendaraan ke Brunei Darussalam, dan sekaligus soft launching oleh presiden Joko Widodo (Jokowi), membawa harapan dan gairah bagi pebisnis pelayaran. Sebab kedepan akan semakin banyak pilihan untuk kegiatan pelayaran menambatkan tujuannya. Tidak mesti ke Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak, namun bisa ke Patimban sebagai kompetitornya.
Pengamat kepelabuhanan menyatakan bahwa pelabuhan Patimban baru selesai lengkap sarana maupun prasarananya 3 tahun lagi, sehingga operasional normal baru bisa dilakukan pada tahun 2024 mendatang. Dan dari sinilah kompetisi secara positif mulai berlangsung.
“Kalau sekarang kondisinya Patimban belum apa-apa dibandingankan dengan pelabuhan Tanjung Priok,” kata Suyono, pengamat kepelabuhanan dari Pelayaran PT Samudera Indonesia, saat dihubungi Ocean Week, di Jakarta, kemarin.
Menjawab apakah Patimban bakal lebih unggul dari Tanjung Priok, Suyono mengungkapkan, pelabuhan akan menang dalam kompetisi dan sukses menarik Customers + main line operator (MLO) atau operator pelayaran jalur utama itu didasarkan pada cost, Service, benefits, dan related matters.
“Patimban punya keuntungan Captive markets. Ratusan perusahaan Jepang yang pasti akan mensupport Patimban.
62% L/d Priok berasal dari Bekasi, Cikarang, Kerawang, Cikampek area.
Best estimate 55% akan pindah ke Patimban, karena someday logistik costsnya lebih murah,” ujarnya.
Menurut Suyono, semua ports punya cantolan dengan foreign countries. Tanjung Priok dengan Hutchison, NPCT dengan Mitshui, KLine, NYK, dan PSA, lalu Patimban dengan Jepang/JICA/Penta Oceana.
Dengan bertiga berkompetisi maka akan terjadi excellent service (incl. IT), costs competitivenes, dan benefits for customers. “Kita nikmati saja munculnya Patimban. Pelindo, JICT dan NPCT yang harus berfikir keras supaya market sharenya tidak tergerus atau tidak tergerus banyak. Dekati MLO dengan service excellent , zero defect , tariff competitiveness, maintain and improve personal relationships,” ungkapnya lagi.
Yang perlu dipertimbangkan, kata Suyono, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun kedepan growthnya sangat terbatas, jadi akan hanya menghasilkan kenaikan cargo yang terbatas. “Cargo yang terbatas ini yang akan diperebutkan ke 3 ports,” tegas Suyono.
Sementara itu, Adil Karim, ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, menyatakan, dengan kehadiran patimban merupakan suatu angin segar bagi pengguna jasa dan industri terutama dikawasan industri Kerawang dan yang kearah timur.
“Tentunya bagi pengguna jasa ada pilihan-pilihan untuk masuk pelabuhan mana yang efesien dan efektif sehingga tentunya pelabuhan-pelabuhan tersebut meningkatkan performanya dan pastinya pengguna jasa memilih performa yang baik,” ucap Adil dengan nada datar.

Sebelumnya direktur utama PT PP (Persero) Tbk, Novel Arsyad mengatakan, ke depan Pelabuhan Patimban akan disinergikan dengan Pelabuhan Tanjung Priok sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya dan waktu serta memangkas biaya logistik.
“Perseroan bersama perusahaan konstruksi lainnya dapat menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban Fase 1 tepat waktu. Proyek yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat,” kata Novel Arsyad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, seperti dikutip dari Antara.
Pada Minggu (20/12), Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melakukan soft launching dan pengoperasian perdana Pelabuhan Internasional Patimban pada hari Minggu (20/12) secara virtual dari Istana Negara di Bogor, Jawa Barat.
Novel mengatakan proyek pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Patimban yang berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat ini akan menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yang disiapkan oleh pemerintah untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor.
Perseroan ditunjuk untuk mengerjakan 3 paket dari pembangunan dan pengembangan proyek pelabuhan tersebut, yaitu konstruksi terminal dimana Perseroan membentuk konsorsium bersama Penta-Rinkai-TOA-WIKA dengan total nilai kontrak sebesar Rp6 triliun.
Juga paket jembatan penghubung dimana perseroan joint operation bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan total nilai kontrak sebesar Rp 524 miilar, serta paket akses jalan dimana perseroan membentuk joint venture bersama Shimizu–BCK dengan total nilai kontrak sebesar Rp 1,12 triliun.
“Dengan lokasi yang strategis, Pelabuhan Patimban akan terkoneksi dengan jalan tol dan jalan kereta api serta akan meningkatkan potensi pembangunan 10 kawasan industri di sepanjang koridor utara Pulau Jawa,” kata Novel.
Dikatakan, mengingat berhasil menyelesaikan pembangunan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam fase 1 itu, perseroan berharap dapat terus dipercaya dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. (ant/ow/**)