Jakarta Internasional Container Terminal (JICT) mentargetkan volume sebanyak 2,2 juta TEUs untuk tahun 2019, atau naik sedikit dibandingkan realisasi 2018 yang mencapai 2.098.000 juta TEUs.
“Kami yakin target througput itu bisa tercapai, karena volume kegiatan ekspor impor di JICT naik 5%,” kata Riza Erivan, wakil Dirut PT JICT, kepada Ocean Week, di Yogjakarta, Kamis pagi (1/8).
Saat ini, ungkap Riza, kinerja di JICT sudah semakin membaik. Lalu lintas barang (kontainer) lancar, dan layanan kapal pun benar-benar on schedule.
“Dwelling time yang tadinya 5 hari sekarang sudah 3 hari,” ujar Riza.
Dia juga menyatakan bagaimana JICT akan melakukan perkuatan dermaga barat, dengan mendalamkan menjadi -16 meter.
“Tahun 2021 dimulai itu, baru setelah itu dilakukan penggantian alat bongkar muat yang sudah menua,” ungkap Riza lagi.
Cuma, katanya, untuk storage terjadi penurunan, karena sekarang pemilik barang, lebih cepat mengeluarkan barangnya dari terminal.
Untuk diketahui, tarif penumpukan petikemas di terminal Tanjung Priok, dalam hari pertama masih free, namun mulai hari kedua dikenai tarif progresif sebesar 300% kali tarif dasar. Lalu hari ketiga kena 600% kali tarif dasar, dan hari ke-4 dan seterusnya kena 900% kali tarif dasar.
Riza pun mengiyakan kalau sampai saat ini pelayaran CMA CGM masih transhipment JICT untuk barang dari Amerika ke Australia.
Rencana ada pelayaran Cisco, namun sampai sekarang masih belum.
“Cosco rencana menerima perpindahan kargo asal China yang akan dikapalkan ke Australia, transhipment di JICT, tapi belum berjalan,” ucapnya.
Seperti diketahui, sejak Februari 2019, JICT menjadi satu-satunya terminal di Pelabuhan Tanjung Priok, bahkan di Indonesia, yang melayani kapal internasional yang hendak melakukan transshipment.
Layanan itu dibuka setelah JICT mengantongi persetujuan dari Ditjen Bea dan Cukai yang tertuang dalam surat KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok No S-2234/KPU.01/2018.
Dalam surat itu pula, JICT menjadi dedicated area untuk perpindahan barang antarterminal (cross terminal movement) ke PT JICT dan TPK Koja.
Selama ini, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan transshipment untuk kapal domestik dan intra Asia yang akan mengirimkan kargonya ke luar Indonesia. Dengan persetujuan otoritas kepabeanan, semua kapal dari luar negeri yang akan melakukan transshipment ke pelabuhan di negara tujuan berikutnya dapat melakukannya lewat JICT.
Sejauh ini, JICT sudah menerima kapal-kapal dengan rute langsung (direct service) ke beberapa pelabuhan di dunia, seperti Afrika, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Sementara itu, sebagai salah satu customer, Dhany Novianto, GM MSC mengapresiasi positif kinerja JICT sekarang ini. “Sudah semakin membaik layanan dari JICT, termasuk fasilitas juga sudah bagus. Jadi, sampai saat ini nggak ada masalah bagi MSC,” katanya kepada Ocean Week. (***)