Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan memperingati Hari Menara Suar ke-11 yang jatuh pada 22 September 2025. Peringatan tahun ini mengangkat tema “Cerlang Penuntun untuk Bakti Nusantara” dan dilaksanakan secara sederhana namun serentak di seluruh Kantor Distrik Navigasi Ditjen Hubla di Indonesia.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, menegaskan komitmen Ditjen Hubla dalam menjaga eksistensi dan peran vital menara suar. Menurutnya, Hari Menara Suar bukan sekadar agenda tahunan, melainkan pengingat akan pentingnya peran 283 menara suar dan ribuan rambu penuntun serta penanda keselamatan lainnya yang dimiliki Indonesia saat ini, guna menunjang dan memastikan keselamatan pelayaran.
“Menara suar ini menjadi penunjuk jalan sekaligus penjaga keselamatan pelayaran di tengah luasnya bentangan laut nusantara yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan jalur pelayaran internasional yang padat. Keberadaan menara suar memiliki arti strategis bagi keselamatan, kelancaran, serta keberlanjutan sektor maritim nasional,” ujar dirjen Masyhud.
Lebih jauh Dirjen Masyhud menjelaskan bahwa Menara Suar adalah simbol keteguhan. Ia berdiri di tengah gelombang dan cuaca, memberi arah dan cahaya, sebagaimana tugas kita untuk selalu menjaga keselamatan pelayaran tanpa henti.
“Melalui tema tahun ini, ‘Cerlang Penuntun untuk Bakti Nusantara’, kita ingin meneguhkan kembali pengabdian insan perhubungan laut bagi keselamatan dan kejayaan maritim Indonesia,”* ujar Dirjen Masyhud.
Selain sebagai infrastruktur vital keselamatan pelayaran, menara suar juga merupakan warisan budaya dan sejarah maritim bangsa. Beberapa menara suar berusia ratusan tahun, peninggalan masa kolonial, yang hingga kini masih difungsikan dengan baik. Menara suar yang terawat tidak hanya memastikan keselamatan pelayaran, tetapi juga mendukung pengembangan pariwisata bahari berkelanjutan dan memperkuat identitas Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Dalam semangat menjaga keberlanjutan, Ditjen Hubla turut mendorong pemanfaatan energi ramah lingkungan pada menara suar. Saat ini sebagian besar menara suar di Indonesia telah dilengkapi panel surya sebagai sumber utama listrik penerangan. Teknologi hemat energi ini memungkinkan menara suar beroperasi secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus mendukung target pemerintah menuju transisi energi hijau nasional.
“Kami ingin memastikan bahwa menara suar tidak hanya menjadi penuntun bagi pelayaran, tetapi juga menjadi contoh nyata penerapan energi bersih dan ramah lingkungan di sektor maritim,” imbuhnya.
Dirjen Masyhud juga menekankan pentingnya sinergi seluruh pihak dalam menjaga keberlangsungan menara suar dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pelayaran, serta memperkuat kerja sama demi keselamatan bersama.
“Melalui peringatan ini, mari kita jadikan menara suar sebagai pengingat bahwa waktu sangat berharga. Seperti semboyan navigasi “Kala Jivam Asti” Waktu adalah Jiwa. Semoga kita dapat memanfaatkan setiap waktu dengan sebaik-baiknya untuk menghadirkan pelayanan yang lebih baik dan menjaga keselamatan pelayaran di seluruh perairan Indonesia,” tutup Dirjen Masyhud. (***)