Dua kapal sedang sandar di pelabuhan Malahayati Aceh, pada Kamis (15/5). Keduanya terlihat tengah melakukan bongkar muat barangnya.
Satu kapal Oriental Samudera memuat 100 box dan membongkar 100 box. Sedangkan satu kapal lagi yakni Rimba Segara IV juga sedang bongkar muat semen Padang (bongkar 6900 ton).
Siang itu terik matahari di Kade Malahayati sangatlah menyengat. Padahal sebelumnya mendung menyelimuti di sepanjang komplek pelabuhan. Memang hari ini cuaca di Aceh tak menentu, sebentar panas, sebentar hujan.
Ocean week yang hari Kamis ini berkesempatan mengunjungi pelabuhan Malahayati dan didampingi Branch Manager SPMT Pelabuhan Malahayati Agus Deritanto sangatlah banyak memperoleh cerita mengenai pelabuhan yang nun jauh di barat Indonesia.
“Untuk kegiatan petikemas ada pelayaran Temas Tbk dan SPIL, tapi ada juga kapal tol laut,” ujar Agus menjawab pertanyaan Ocean Week, sembari menunjuk ke kapal milik SPIL yang malam ini akan berangkat ke Teluk Bayur Padang.
Di kejauhan terlihat kapal milik Temas Tbk sudah menunggu masuk, untuk bongkar muat petikemas nya. “Besuk (Jumat) kapal Temas sandar,” kata Agus.
Agus juga menyampaikan jika kapal Temas seminggu sekali keluar masuk Malahayati membawa muatan antara 80-90 box. “Kapal Temas melayani rute Priok – Malahayati, umumnya membawa komoditi sembako serta material bangunan,” ungkapnya.
Sementara kapal SPIL masuk ke Malahayati sebulan hanya sekali. Untuk kapal tol laut terkadang sampai dua kali datang kesini.
Agus menambahkan sebenarnya ada potensi pasar yang saat ini bisa dikembangkan yakni Fozolan, komoditi dari batu tanah yang sudah pernah diekspor ke Bangladesh.
Menurut Agus, komoditi Fozolan tersebut selama 2023 mengkontribusi sebesar 83.000 ton, sedangkan pada tahun 2024 mencapai 82.900.
Komoditi lain yang selama ini rutin masuk ke Malahayati adalah semen padang, semen Garuda (general kargo) dari Priok ke Malahayati.
“Dari Malahayati barang itu didistribusikan di Aceh, tapi sekarang masuk semen Indonesia grup, dan pada 2024 semen Indonesia grup tak lagi bongkar di Malahayati,” ucap Agus.
Agus menceritakan kalau sekarang ini traffic mengalami penurunan karena kebijakan semen Indonesia grup.
Data mencatat bahwa tahun 2023 komoditi semen Padang mencapai 227.000 ton, tahun 2024 tercatat 113.000 ton, dan tahun 2025 sampai April baru tercapai 13.800 ton.
Sementara untuk kontainer tahun 2024 tercatat 10.200 TEUs. Tahun 2025 ini, Malahayati ditarget bisa menangani kontener sebesar 12.000 TEUs (sesuai RKAP), dan non kontener 300.000 ton (bongkar muat).
Agus juga menyampaikan, bahwa ada komoditi potensial melalui pelabuhan Malahayati yakni besar. Karena tahun 2023, impor beras mencapai 36000 ton, tahun 2024 turun menjadi 32.800 ton. “Namun di 2025 tak ada lagi impor, dan baru ada April lalu impor beras hanya 6800 ton,” kata Agus.
Agus sebenarnya sudah terus berusaha mengajak para pengusaha di Aceh untuk melakukan kegiatannya melalui pelabuhan Malahayati, dan tak lagi lewat Belawan Medan. Tetapi, ajakan Agus tersebut, belum memperoleh respon serius dari para pengusaha disini.
Bahkan beberapa kali bertemu dengan pihak pemerintah Aceh, menawarkan supaya Malahayati dijadikan sebagai pelabuhan untuk kegiatan pengiriman barang ekspor impor, dan juga kegiatan domestik. Namun, lagi-lagi masih belum berhasil.
Meski demikian, Agus terus berusaha mengajak mereka tanpa bosan. “Tapi saya terus berusaha, dan saya optimis suatu saat mereka akan menggunakan Malahayati sebagai pelabuhan untuk kegiatannya,” harapnya.
Sebelumnya, Agus Deritanto juga menceritakan kalau di Malahayati ada beberapa dermaga, pertama dermaga umum, lalu TUkS Pertamina Kurung Raya, dan Tersus Lhoknga.
Untuk pelabuhan Malahayati sudah cukup lumayan kapal yang datang. Misalnya pada tahun 2023 ada 382 call, dengan GT 1.794.000, tahun 2024 jadi 379 call, GT 1.681.000. Sedangkan sampai April 2025 sudah ada 118 call, GT 523.000.
Sedangkan untuk TUKS Pertamina ada 253 call (2023), tahun 2024 turun menjadi 239 call, dan sampai April 2025 ada 73 call.
Fozolan
Agus menambahkan bahwa Fozolan saat ini menjadi komoditi paling diandalkan. Apalagi Tarifnya dolar karena diekspor.
“Fozolan sempat terhenti 10 bulan karena kebijakan Pemprov Aceh. Tapi, di bulan April 2025 sudah bisa lagi, dan sudah ekspor ke Bangladesh mengangkut 25.000 ton,” katanya.
Menurut Agus komoditi ini diestimasi mencapai 150.000 ton per tahun.

Sementara itu, Sekretaris Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Aceh, Teuku M Arjuna yang dihubungi mengatakan pelayanan di pelabuhan Malahayati, relatif tidak ada masalah.
“Hanya karena saat ini memang terjadi penurunan volume kargo-nya lantaran pengaruh perang dagang dan geopolitik global,” ujarnya.
Dari sisi supply chain dan logistik, ujarnya, masih minimnya industri pendukung (hinterland) di Aceh mengakibatkan pelabuhan Malahayati lebih dominan sebagai pelabuhan bongkar, karena kegiatan muatan bailknya minim.
“Sudah saatnya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat mengembangkan dan menumbuhkan wilayah pendukung industri-nya sebagai hintetland-nya pelabuhan. Hal ini supaya ada keseimbangan pergerakan aktivitas logistik di Aceh,” ucap Sekum ALFI Aceh.
Kepala Cabang PT Pelayaran Sea Asih Lines (SAL) yang mengageni kapal Temas Tbk sejak tahun 2016, Busransyah membenarkan kalau Jumat (16/5) kapal milik Temas Tbk yakni Bengawan Mas masuk ke pelabuhan membawa 116 TEUs.
“Temas seminggu satu kapal rutin masuk ke Malahayati. Rute yang dilayani kapal Temas Kuala Tanjung – Malahayati,” ujarnya.
Menurut dia, service yang diberikan pelabuhan Malahayati sudah bagus dan tak ada masalah. “Peralatan bongkar muat (Crane) cukup baik, kalau ada kendala langsung dilakukan perbaikan, komunikasi mereka dengan kami baik,” katanya.
Dia berharap supaya layanan yang sudah bagus ini dapat dipertahankan, bahkan kalau bisa ditingkatkan, sehingga cost logistik bisa lebih murah. (***)